Herlambang Wiratraman dan Project Multatuli raih Penghargaan Tasrif 2022

Ronny Adolof Buol
Penulis Ronny Adolof Buol
Evi Mariani dari Project Multatuli sebagai salah satu penerima Tasrif Award 2022. (AJI Indonesia)



ZONAUTARA.com – Dosen jurusan Hukum Tata Negara dari Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Herlambang Perdana Wiratraman dan Project Multatuli, meraih Tasrif Award 2022 dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia.

Penghargaan tersebut diberikan saat Malam Resepsi HUT ke-28 AJI secara virtual pada Minggu malam, 7 Agustus 2022. Tasrif Award adalah penghargaan yang diperuntukkan perorangan maupun kelompok atau lembaga yang gigih memperjuangkan kemerdekaan pers dan kemerdekaan berpendapat.

Menurut perwakilan Dewan Juri Tasrif Award, Feri Amsari, kedua penerima penghargaan Tasrif Award tersebut adalah figur-figur yang meperjuangkan nilai-nilai demokrasi, Hak Asasi Manusia dan terlibat memperjuangkan korban-korban pelanggaran HAM.

“Mudah-mudahan penerimanya akan terus berjuang di barisan yang sama dengan AJI dan masyarakat sipil lainnya dalam memperjuangkan isu hak asasi manusia,” kata Feri.

Sebelumnya, AJI menerima sembilan usulan kandidat Tasrif Award dari masyarakat. Para kandidat tersebut kemudian dinilai oleh tiga juri terdiri atas Feri Amsari dari Pusat Studi Konstitusi (PUSaKO) Fakultas Hukum Universitas Andalas, Nurlaela Lamasitudju sebagai Sekretaris Jenderal Solidaritas Korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia (SKP-HAM) Sulawesi Tengah (Sulteng), dan Arfi Bambani selaku mantan Sekretaris Jenderal AJI Indonesia.

Herlambang adalah sosok yang aktif membela kelompok marjinal yang menjadi korban ketidakadilan struktural. Ia memberikan pendidikan hukum gratis ke warga-warga kampung yang menjadi korban konflik agraria, penggusuran, buruh, hingga ke komunitas petani dan masyarakat adat.

Ia terlibat memberikan pendapat hukum dalam pemidanaan terhadap petani korban konflik tambang Budi Pego, melawan penambangan di Pegunungan Karst Kendeng, kasus kekerasan terhadap jurnalis Tempo, Nurhadi.

Herlambang juga turun mengadvokasi warga yang menjadi korban kongkalingkong pemerintah dan penambang batu andesit di Wadas Purworejo, yang ramai diberitakan di awal tahun 2022 ini.

Sedangkan Project Multatuli adalah organisasi jurnalisme yang berdiri pada Mei 2021 dengan karya-karyanya yang berfokus memberi suara pada mereka yang sudah banyak menderita, di antaranya kaum miskin kota dan desa, korban diskriminasi seks dan gender, dan masyarakat adat, serta membongkar ketidakadilan sistematis yang belum banyak berubah sejak zaman kolonial.

Dalam sesi sambutan oleh penerima penghargaan, Herlambang P Wiratraman mengatakan dia merasa terhormat menerima penghargaan tersebut. Dia tak pernah menbayangkan akan mendapat sesuatu dari kerja-kerja akademik, mendukung warga, jurnalis maupun mahasiswa.

“Sebagai dosen hukum biasa, saya cuma merasa gelisah atas apa yang terjadi di luar tembok kampus. Tidak bisa berdiam diri melihat realitas ketidakadilan di depan mata, ada kekerasan, intimidasi, dan segala bentuk represi,” kata dia.

Herlambang mengatakan, peran ilmuwan dan kaum akademisi begitu penting dan dibutuhkan di tengah maraknya propaganda, manipulasi informasi dan pemanfaatan teknologi sebagai alat kuasa baru. Saat ini makin banyak upaya pendangkalan informasi, sehingga bertolak belakang dengan upaya pencerdasan publik. Sementara negara hukum digerogoti sistem kekuasaan oligarki yang tak hanya merusak demokrasi tapi menyengsarakan rakyat banyak.

“Oleh karena itu sudah jadi kewajiban penting bahu-bahu mendukung suara kritis publik, berani menyuarakan kebenaran, melawan ketidakadilan sosial, korupsi, penghancuran ekologis dan dehumanisasi. Sehingga peran ilmuwan dan kaum akademisi begitu penting dan dibutuhkan. Sehingga disayangkan jika kampus tidak berdiri tegak membentengi kebebasan akademik dan perjuangan warga,” kata Herlambang.

Sementara bagi pendiri Project Multatuli, Evi Mariani, Tasrif Award tidak hanya sebagai bentuk apreasiasi, tapi juga wujud cinta dan solidaritas dari dan untuk mereka, untuk kita, yang memperjuangkan kebebasan berpendapat dan berekspresi, keadilan dan kesetaraan.

“Project M lahir dan tumbuh lalu diserang oleh mereka yang lebih berkuasa, tapi tetap bertahan karena solidaritas dan cinta dari kawan-kawan semua, termasuk AJI, dan banyak media lain,” kata Evi.



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
Follow:
Pemulung informasi dan penyuka fotografi
Leave a comment
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com