bar-merah

Tiga malam patroli, lebih dari 10 ton daging satwa liar masuk Sulut

satwa liar
Petugas memeriksa kendaraan yang mengangkut daging satwa liar. (Foto: Zonautara.com/RonnyA. Buol)

ZONAUTARA.com – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara (Sulut) menggelar patroli pemeriksaan tumbuhan dan satwa liar yang melintasi jalur Trans Sulawesi.

Operasi yang digelar selama tiga hari, 21 Desember hingga 23 Desember tersebut dilakukan untuk meminimalisir masuknya satwa liar yang dilindungi baik yang masih hidup maupun sudah mati ke pasar-pasar yang ada di Sulut.

Menjelang perayaan Natal, permintaan daging di berbagai pasar di Sulut meningkat drastis. Tak jarang daging yang dijual termasuk dari jenis satwa liar yang dilindungi, meski dalam beberapa tahun terakhir daging dari jenis yang dilindungi sudah sangat menurun tajam.

“Operasi ini sudah beberapa kali dilakukan untuk meminimalisir peredaran tumbuhan dan satwa liar ilegal. Karena daging-daging satwa liar di Sulut sudah bukan lagi berasal dari Sulut tetapi lebih banyak berasal dari Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Gorontalo,” ujar Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Sulut, Yakub Ambagau.

Yakub menjelaskan bahwa di tahun lalu pada tanggal yang sama juga dilakukan patroli. Tujuannya adalah untuk melihat apakah terjadi tren penurunan setelah dilakukan pembinaan bahkan ada pelaku yang dibawa ke proses hukum.

Pada tahun 2021, patroli serupa mencatat ada sebanyak 10,65 ton daging satwa liar yang berasal dari berbagai provinsi di Sulawesi masuk ke Sulut.

“Nanti kita akan hitung apakah tahun ini terjadi penurunan atau tidak,” kata Yakub.

Banyak daging satwa liar berasal dari Sultra

Dari catatan Tim Zonautara.com yang ikut patroli selama tiga hari, lebih dari 10 ton daging satwa liar berbagai jenis teramati masuk Sulut. Dari wawancara dengan para sopir kendaraan yang mengangkut daging tersebut, terbanyak berasal dari Sulawesi Tenggara.

“Iya kami ambil dari Raha. Perjalanan bolak balik dari Manado sampai Raha dan balik lagi kurang lebih dua minggu,” ujar salah satu sopir yang dicegat saat melintasi jalan raya di Desa Pinagoluman, Kecamatan Lolak, Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong).

Menurutnya, mereka mengambil dari Raha, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, karena di sana pasokan cukup banyak.

“Kita ambil dari pengepul yang sudah langganan, dan juga beli langsung dari masyarakat,” jelasnya.

Salah satu kendaraan yang dicegat mengangkut sebanyak 1,5 ton daging babi hutan. Kendaraan lainnya mengangkut ratusan anjing yang masih hidup, sementara beberapa kendaraan mengangkut daging anjing, kelelawar dan ular piton.

Menurut Yakub, dari data BKSDA Sulut, Pasar Tomohon merupakan tujuan terbesar dari para sopir kendaraan pengangkut daging satwa liar.

“Karena penampung besarnya ada di Tomohon. Kemudian dibawa juga ke Kawangkoan, Langowan, Modoinding, Motoling, Amurang dan juga Pasar Karombasan,” jelas Yakub.

Dari patroli yang dilakukan selama tiga hari tersebut, masih ada pula daging satwa liar yang dilindungi yang coba dibawa masuk oleh beberapa pelaku.

“Kecenderungannya paling banyak adalah daging babi hutan, lalu kelelawar, tikus dan ular piton,” kata Yakub.

Meski tidak dilindungi, daging satwa liar seperti babi hutan dan ular piton, peredarannya harus berdasarkan kuota tangkap. Apalagi jika satwa liar tersebut ditangkap atau diburu di kawasan konservasi.

Beberapa pelaku yang dicegat dan membawa daging satwa liar dari kawasan konservasi, diminta menandatangani surat pernyataan untuk tidak lagi mengulangi perbuatan yang sama di kemudian hari.

Dua ekor anjing pelacak ikut dilibatkan dalam patroli yang digelar selama tiga malam. (Foto: Zonautara.com/Ronny A. Buol)

Libatkan anjing pelacak

Dalam menggelar patroli ini, BKSDA Sulut juga bekerjasama dengan berbagai pihak, diantaranya Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bolmong, Polsek Lolak, Masyarakat Mitra Polhut, PPS Tasikoki serta mitra lainnya.

Untuk membantu memeriksa kendaraan yang melintas apakah membawa daging satwa liar, patroli juga melibatkan dua ekor anjing pelacak yang sudah dilatih mengendus satwa liar baik yang masih hidup maupun yang sudah mati.

“Kita sedang mengevaluasi metode baru dengan menggunakan anjing pelacak, yang bekerjasama dengan mitra. Mudah-mudahan metode ini lebih efektif melacak keberadaan daging satwa liar dilindungi,” ujar Yakub.



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com