Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva memecat Panglima Militer Julio Cesar de Arruda, setelah kerusuhan awal Januari lalu oleh para pendukung mantan presiden Jair Bolsonaro, kata sumber-sumber militer kepada AFP pada Sabtu (21/1).
Arruda baru memegang jabatan itu 30 Desember lalu, dua hari sebelum berakhirnya masa pemerintahan Bolsonaro, dan dikonfirmasi oleh pemerintahan Lula pada awal Januari.
Ia akan digantikan oleh komandan militer dari tenggara Brazil, Tomas Ribeiro Paiva, demikian laporan GloboNews.
Arruda sendiri ikut serta dalam pertemuan pertama Lula dengan petinggi militernya pada Jumat. Keduanya tidak membuat pernyataan apapun di akhir pertemuan itu.
Langkah itu diambil beberapa hari setelah Lula memecat puluhan tentara dari pasukan pengamanannya menyusul kerusuhan tersebut.
Pada 8 Januari lalu, para pendukung Bolsonaro menyerbu istana kepresidenan, Mahkamah Agung dan Kongres di Brasilia. Mereka memecahkan jendela dan merusak perabot, menghancurkan berbagai karya seni bernilai tinggi, serta mencorat-coret dinding dengan pesan grafiti yang menyerukan kudeta militer.
Lula sempat mengatakan ia curiga pasukan keamanannya terlibat dalam kerusuhan itu. Lebih dari 2.000 orang ditangkap dalam kerusuhan tersebut. Presiden berhaluan kiri itu mengumumkan “peninjauan mendalam” terhadap lingkungan di sekitarnya.
Menyusul pertemuan dengan Lula dan para petinggi militer hari Jumat, Menteri Pertahanan Brazil Jose Mucio mengatakan bahwa “tidak ada keterlibatan langsung angkatan bersenjata.” Namun, dia menambahkan bahwa “jika ada elemen militer yang terlibat, mereka harus bertanggung jawab sebagai warga negara.”
Para pengamat mengatakan hubungan dengan angkatan bersenjata akan menjadi tantangan Lula yang terbesar mengingat kehadiran unsur militer yang signifikan dalam pemerintahan Bolsonaro.
Pada hari Rabu, Paiva berjanji bahwa pasukan militer “akan terus menjamin demokrasi” dan mengatakan bahwa hasil pemilihan umum harus diterima. Lula mengalahkan Bolsonaro dalam pemilu itu.
“Ketika kita memilih (dalam pemilu), kita harus menghormati hasil pemungutan suara,” katanya dalam sebuah pidato, yang cuplikannya dapat disaksikan pada situs berita G1. [rd/ft]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia