Zonautara
  • HOME
  • PERISTIWA
    • Press Review
    • Kabar Sulut
    • Bencana dan Musibah
    • Ekonomi dan Bisnis
    • Hukum dan Regulasi
    • Lingkungan dan Konservasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Pemerintahan
    • Sosial Kemasyarakatan
  • LAPORAN KHAS
    • Insight
    • Indepth
    • Sorotan
    • Tematik
    • Persona
    • ZONA DATA
      • Angka
      • Visualisasi Data
    • TUTUR VISUAL
      • Foto
      • Video
      • Infografis
    • POJOK RONNY
      • Perjalanan
  • CARI TAHU
    • ZONAPEDIA
    • Bagaimana caranya?
    • Daftar
    • Sejarah
    • Hari Ini Dalam Sejarah
  • REHAT
  • Our Network
No Result
View All Result
Zonautara
  • HOME
  • PERISTIWA
    • Press Review
    • Kabar Sulut
    • Bencana dan Musibah
    • Ekonomi dan Bisnis
    • Hukum dan Regulasi
    • Lingkungan dan Konservasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Pemerintahan
    • Sosial Kemasyarakatan
  • LAPORAN KHAS
    • Insight
    • Indepth
    • Sorotan
    • Tematik
    • Persona
    • ZONA DATA
      • Angka
      • Visualisasi Data
    • TUTUR VISUAL
      • Foto
      • Video
      • Infografis
    • POJOK RONNY
      • Perjalanan
  • CARI TAHU
    • ZONAPEDIA
    • Bagaimana caranya?
    • Daftar
    • Sejarah
    • Hari Ini Dalam Sejarah
  • REHAT
  • Our Network
No Result
View All Result
Zonautara
No Result
View All Result
Home PERISTIWA PRESS REVIEW

‘Pertempuran di Garis Depan tengah Membara’

by Redaksi ZU
A A

Baca Pula:

‘Sangat Sedih’ dengan Gempa di Turki dan Suriah, Biden Janjikan Bantuan

7 February 2023

Dunia Harus Sadar untuk Ubah Arah Konflik dan Perpecahan

7 February 2023

Serhi Zamulenko, 49, dulu berjualan ikan di pasar Chasiv Yar, Bakhmut, Ukraina. Tetapi ketika invasi Rusia di Ukraina semakin mendekati wilayah tempat tinggalnya, ia memindahkan kios kecilnya ke pinggir jalan di luar kota Donbas.

Pertempuran saat ini berjarak kurang dari 10 kilometer dari kota itu dan gemuruh artileri dapat terdengar pada siang dan malam dari kedua sisi. Peluru sudah berkali-kali jatuh di sebelah kios ikan Zamulenko, di mana yang terakhir terjadi pada Kamis (19/1) lalu.

“Tentu saya takut di sini,” katanya kepada wartawan VOA. “Tapi ke mana lagi saya harus pergi?” Ia lalu bersikeras memberi wartawan VOA ikan asap yang diprosesnya selama lima hari.

Seperti banyak orang di wilayah Donbas di Ukraina timur, Zamulenko merasa bertahan di tempat tinggalnya, di saat saat sebagian besar orang sudah melarikan diri sejak lama, sebagai tindakan patriotisme.

“Saya tinggal di sini karena ini tanah air saya,” kata Zamulenko. “Saya dari sini. Di sini bukan tempat warga Rusia.”

Selain perlawanan, hal lain yang tampak terlihat jelas di Donbas adalah adalah keputusasaan. Banyak warga yang tinggal di zona perang itu, sebelumnya sudah hidup dalam kemiskinan, atau berusia lanjut dan dalam kondisi yang lemah. Sekarang, mereka kini hidup melarat. Tidak ada lagi pekerjaan bagi para warga, dan aliran listrik serta air dan pemanas juga telah terputus. Semua akses tersebut hilang bersama bangunan yang hancur dan warga yang melarikan diri.

“Kemana saya harus pergi?” tanya Lyudmyla Malynovska, 52, dari bunker umum di Bakhmut, kota di Donbas yang selama enam bulan terakhir menyaksikan pertempuran sengit dalam perang Rusia di Ukraina. “Tidak ada yang membutuhkan saya,” katanya.

Malynovska tampak tabah saat berbicara tentang kesulitan fisik yang ia alami, tetapi akhirnya ia tak kuasa menahan tangisnya ketika berbicara mengenai harapan. Satu-satunya hal yang ia impikan adalah agar perang Rusia-Ukraina dapat segera berakhir.

“Kami tidak tahu apa yang sedang terjadi karena kami tidak bisa mendapatkan kabar secara online,” ujarnya sambil berusaha menahan isak tangis.

Perjalanan menuju bunker tersebut sangat berbahaya, namun Malynovska tetap mengunjungi bunker itu untuk mendapatkan kabar terbaru dan agar ia tidak merasa sendiri.

Bunker tersebut memasok warga dengan makanan dan air minum. Para pekerja bantuan juga tengah membangun kamar mandi untuk para warga yang sudah tidak memiliki akses terhadap air bersih. Banyak dari warga Bakhmut yang sudah tidak mendapatkan pasokan air selama berbulan-bulan.

Bakhmut hanya berjarak sekitar dua kilometer dari area di mana tentara Ukraina bertempur dengan pasukan Rusia. Artileri dan senjata-senjata lainnya telah memasuki setiap jengkal dari kota itu. Para warga Bakhmut mengaku bahwa situasi sunyi yang bebas dari suara tembakan di kota tersebut hanya berlangsung selama 10 menit setiap harinya.

“Kami hanya bisa merasakannya,” kata Malynovska. “Pertempuran di garis depan tengah membara.” [my/jm/rs]

Sumber


Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia
Tags: rusiaukrainavoaKrisis di UkrainaVOA Headline NewspertempuranDonbasBakhmut
ShareTweetSend

Related Posts

PRESS REVIEW

‘Sangat Sedih’ dengan Gempa di Turki dan Suriah, Biden Janjikan Bantuan

7 February 2023

...

PRESS REVIEW

Dunia Harus Sadar untuk Ubah Arah Konflik dan Perpecahan

7 February 2023

...

Discussion about this post

Facebook Twitter Instagram Youtube

Redaksi

Kelurahan Mongkonai, Kecamatan Mongkonai Barat, Kotamobagu.
Email: [email protected]
[email protected]

  • Tentang Kami
  • REDAKSI
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Kebijakan Data Pribadi

© 2023 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
    • Press Review
    • Kabar Sulut
    • Bencana dan Musibah
    • Ekonomi dan Bisnis
    • Hukum dan Regulasi
    • Lingkungan dan Konservasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Pemerintahan
    • Sosial Kemasyarakatan
  • LAPORAN KHAS
    • Insight
    • Indepth
    • Sorotan
    • Tematik
    • Persona
    • ZONA DATA
      • Angka
      • Visualisasi Data
    • TUTUR VISUAL
      • Foto
      • Video
      • Infografis
    • POJOK RONNY
      • Perjalanan
  • CARI TAHU
    • ZONAPEDIA
    • Bagaimana caranya?
    • Daftar
    • Sejarah
    • Hari Ini Dalam Sejarah
  • REHAT
  • Our Network

© 2023 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.