bar-merah

Sejumlah Sekolah di AS Ubah Menu Makan Siang dengan Manfaatkan Pertanian Lokal

Bagi banyak sekolah di Amerika Serikat. menu makanan sekolah umumnya sudah disediakan perusahaan-perusahaan katering. Petugas kafetaria hanya perlu memanaskan dan kemudian menyajikannya. Singkat kata, kafetaria-kafetaria itu mirip restoran cepat saji. Tak heran, banyak siswa yang kurang menyukainya dan banyak orangtua memprihatinkannya.

Distrik Mount Diablo, di California Utara, berusaha mengubah fakta itu. Otoritas pendidikan di sana ingin memperbaiki mutu menu makan siang sekolah dengan memanfaatkan produk-produk organik dari pertanian setempat, dan dengan hidangan yang diolah langsung di dapur sendiri.

Adalah Josh Gjersand, manajer kuliner di distrik itu, yang memelopori perubahan itu. Ia memanfaatkan keterampilan memasak yang dipelajarinya di restoran berbintang Michelin untuk mentransformasi makan siang sekolah.

“Ketika Anda memikirkan sekolah, kafetaria harus seperti restoran sesungguhnya dan bukan bagian dari jaringan restoran cepat saji,” jelasnya.

Seorang siswa tengah mencicipi makanan yang dipersiapkan untuk siswa SMA Mount Diablo di Concord, California, 13 Januari 2023. (AP/Godofredo A. Vásquez)

Seorang siswa tengah mencicipi makanan yang dipersiapkan untuk siswa SMA Mount Diablo di Concord, California, 13 Januari 2023. (AP/Godofredo A. Vásquez)

Para pelajar di Mount Diablo High School adalah yang pertama menikmati layanan itu. Menu makan siang mereka terdiri dari buah-buahan dan sayuran yang dibudidayakan di California, daging dari hewan ternak yang diberi pakan rumput, dan berbagai hidangan yang diolah langsung di dapur sekolah.

Beberapa pilihan itu adalah roti lapis dengan salami Toscano, keju Monterey Jack dan arugula segar; dan tortilla ala Meksiko dengan isi daging ayam kampung yang direbus dalam kaldu chipotle. Kafetaria itu masih menyajikan hot dog dan burger tapi dagingnya organik.

Anahi Nava Flores, seorang siswa menyukai pilihan menu yang disajikan. “Menyajikan ini secara teratur menunjukkan dan membuktikan kepada kami sebagai siswa bahwa kami diperhatikan, kami dihargai, dan kami dihormati,” jelasnya.

Meski demikian, tidak semua pelajar di AS seberuntung mereka yang berada di Calfornia.

Chef Josh Gjersand menyiapkan sandwich untuk siswa SMA Mount Diablo di Concord, California, Jumat, 13 Januari 2023. (AP/Godofredo A. Vásquez)

Chef Josh Gjersand menyiapkan sandwich untuk siswa SMA Mount Diablo di Concord, California, Jumat, 13 Januari 2023. (AP/Godofredo A. Vásquez)

Menawarkan makanan ala restoran membutuhkan investasi yang signifikan dan, di banyak area, perombakan cara kerja kafetaria yang telah bertahan selama puluhan tahun.

Makanan sekolah sepenuhnya gratis untuk siswa di California, salah satu dari sejumlah kecil negara bagian di AS yang memberlakukan aturan itu.

Kenaikan alokasi dana dari pemerintah negara bagian California memungkinkan Mount Diablo membeli bahan-bahan yang lebih sehat dan lebih segar dan bahkan mempekerjakan Gjersand. Distrik itu bekerja sama dengan pertanian lokal, pembuat roti, pembuat krim, dan nelayan untuk memasok hampir semua bahan yang digunakan sekolah-sekolah di distriknya, untuk melayani sekitar 30.000 siswa.

Membuat makanan di dapur sendiri tidak hanya lebih sehat, tetapi juga lebih murah, kata banyak direktur nutrisi sekolah. Dan itu pula yang menjadi alasan Nancy Rostomily, direktur layanan nutrisi sekolah distrik Lodi, di California. Ia bahkan meningkatkan kualitas menu kafetaria sekolah-sekolah yang sebagian besar siswanya berasal dari keluarga berpenghasilan rendah.

“Kami berusaha menghadirkan pertanian ke meja makan, kami menyebutnya pertanian ke sekolah. Kami berusah menghadirkan produk lokal yang segar dari perusahaan yang ada di area kami atau kabupaten atau di negara bagian California.” [ab/uh]

Sumber



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat




Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia
TAGGED:
Share This Article
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com