Dunia Harus Sadar untuk Ubah Arah Konflik dan Perpecahan

Redaksi ZU
Penulis Redaksi ZU



zonautara.com

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada hari Senin (6/2) memperingatkan bahwa dunia harus segera sadar dan mengambil tindakan untuk mengubah arah konflik dan perpecahan geopolitik, krisis iklim serta kesenjangan ekonomi yang telah terjadi.

“Kita perlu melakukan perbaikan arah,” kata Guterres ketika memaparkan prioritasnya pada tahun 2023 di hadapan Majelis Umum PBB.

“Kabar baiknya adalah kita tahu cara membalikkan keadaan – terkait iklim, keuangan, resolusi konflik dan lain-lain,” tambahnya. “Dan kita tahu, harga yang harus dibayar akibat diam saja jauh lebih mahal dari pada saat kita bertindak. Tapi yang tidak kita miliki sekarang adalah visi strategis – pemikiran dan komitmen jangka panjangnya.”

Ia menyebut pengumuman Bulletin of the Atomic Scientists baru-baru ini untuk memindahkan apa yang disebut sebagai jarum Jam Kiamat 10 detik lebih dekat ke arah terjadinya bencana dunia sebagai “seruan untuk menyadarkan.”

Pada 24 Januari lalu, dewan organisasi itu menyebut perang Rusia di Ukraina serta ancaman penggunaan senjata nuklir membuat planet Bumi kini berada “90 detik menuju tengah malam.”

“Ini adalah posisi terdekat yang pernah jam ini capai menuju masa-masa terkelam umat manusia, dan bahkan lebih dekat dibandingkan pada puncak era Perang Dingin,” kata Guterres memperingatkan.

Organisasi ilmuwan yang dibantu didirikan Albert Einstein itu pada tahun 1947 menciptakan sebuah jam yang menjadi penanda seberapa dekat dunia ini menuju bencana global akibat ulah manusia.

Gempa bumi berkekuatan 7,8 yang mengguncang sebagian Turki dan Suriah hari Senin (6/2) semakin menambah panjang daftar krisis dan kekhawatiran yang terjadi di dunia. Guterres mengatakan, PBB mengerahkan bantuan untuk mendukung upaya tanggap darurat.

“Mari kita bekerja sama dalam solidaritas untuk membantu mereka yang terkena bencana, di mana banyak di antaranya sudah sejak awal membutuhkan bantuan kemanusiaan,” ungkapnya.

Pusat gempa bumi itu berada di beberapa bagian Turki dan Suriah yang menjadi tempat tinggal banyak pengungsi dan orang-orang yang terdampak perang saudara di Suriah selama lebih dari satu dekade. [rd/jm]

Sumber



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat




Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia
Share This Article
Leave a comment
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com