Bagi sebagian veteran AS, peringatan Hari Kemerdekaan AS tahun ini istimewa, karena mereka dapat merayakannya di tanah Amerika berkat program pemerintahan Biden yang dimulai tahun 2021, yang membantu memulangkan para veteran non-warga negara Amerika, yang dideportasi setelah tersandung masalah hukum.
Laura Meza bertugas dengan pasukan AS di Irak pada 2003. Ketika menghadapi stres pasca-trauma sekembalinya dari penugasan, ia terjerumus ke dalam narkoba dan dideportasi ke negara asalnya, Kosta Rika.
Pada peringatan Empat Juli, alias Hari Kemerdekaan AS, tahun ini, ia kembali ke AS untuk pertama kalinya setelah 14 tahun melalui program pemerintahan Presiden Joe Biden bernama Inisiatif Anggota Militer dan Veteran Imigran, yang mengizinkan sebagian veteran yang tersandung masalah hukum dan dideportasi untuk kembali ke AS dan memulai kembali hidup mereka.
“Anda pergi berperang. Anda melihat hal-hal yang tidak Anda duga akan lihat. Anda merasakan hal-hal yang tidak Anda duga akan rasakan. Anda melihat banyak orang terluka pada saat yang sama. Melihat satu-dua orang terluka sama sekali berbeda dengan melihat ratusan orang terluka sekaligus. Melihat mereka ketika tahu Anda tidak bisa berbuat apa-apa. Anda tidak berdaya ketika begitu banyak orang terluka… berdarah, luka-luka, kehilangan lengan, kehilangan tangan, kehilangan kaki. Dan Anda tahu kehidupan orang-orang ini, dan kehidupan mereka akan berubah selamanya. Setelah itu saya mulai merasa marah, gundah, getir,” kata Laura.
Hector Barajas bekerja sama dengan Deported Veterans Support House, organisasi yang membantu veteran yang dideportasi. “Para veteran sudah dideportasi sejak 1996. Sudah lebih dari 20 tahun lalu, empat pemerintahan, dan ini adalah pemerintahan pertama yang memutuskan untuk berbuat sesuatu.”
Barajas diberhentikan dengan hormat setelah mengabdi selama enam tahun kepada angkatan darat AS. Namun, ia kemudian terlibat dalam sebuah penembakan yang menyebabkannya dipenjara selama dua tahun sebelum dideportasi ke Meksiko. Ia pada akhirnya mendapatkan pengampunan, menjadi warga negara AS dan mulai mengadvokasi para veteran lain yang dideportasi.
“Sebagai seseorang yang mengabdikan diri, mempertaruhkan nyawa, saya tentu merasa seharusnya tidak dideportasi. Saya sudah memakamkan banyak orang, yang pada akhirnya akan dimakamkan di Amerika Serikat, seperti veteran lainnya, dan kata-kata yang sama akan disampaikan kepada mereka seperti kepada veteran lainnya: ‘Terima kasih atas jasamu bagi negara ini,’ ‘negara bersyukur.’ Itu semua terasa tidak adil bagi saya.”
Hari ini ia menyeberang ke Tijuana, di mana organisasinya mengelola sebuah rumah dukungan bagi para veteran AS yang dideportasi, yang menunggu dipulangkan. Jose Velasco adalah salah satu di antaranya.
“Saya punya enam buyut [di Amerika Serikat]. Saya punya cucu. Saya punya anak. Keluarga saya di AS. Itu alasan utamanya, tapi alasan lainnya agar saya bisa mengklaim tunjangan-tunjangan saya,” akunya.
Veteran seperti Velasco dapat mengklaim tunjangan militer mereka di luar negeri, namun tidak memenuhi syarat untuk memperoleh tunjangan kesejahteraan sosial, kecuali mereka menjadi penduduk tetap atau warga negara AS. Bagi Meza, waktu selama 14 tahun yang diperlukannya untuk kembali ke AS membuatnya berharap lebih banyak veteran bisa segera “pulang kampung”. [rd/jm]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia