Dua menteri kabinet Indonesia Maju minggu lalu melangsungkan pertemuan dengan Elon Musk untuk mengundang bilyuner itu membangun akses internet murah di daerah-daerah terpencil di bagian timur Indonesia. Berikut laporannya.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam dua kesempatan berbeda pekan lalu melangsungkan pertemuan dengan CEO Tesla Elon Musk di San Fransisko, Amerika. Luhut datang pada hari Kamis (3/8), sementara Budi Gunadi pada hari Jumat (4/8).
Keduanya sama-sama mengajak bilyuner pemilik SpaceX yang mengoperasikan satelit “Starlink” itu, untuk bekerjasama membangun jaringan internet murah di bagian timur Indonesia, khususnya untuk pendidikan dan layanan kesehatan. Diwawancarai VOA Jumat lalu, Luhut mengatakan Elon menunjukkan perhatian sangat besar tentang hal ini, bahkan berjanji akan datang ke Jakarta awal September mendatang.
“Pertemuan dengan Elon di SF (San Francisco) berjalan sangat baik. Kami bicara mengenai Starlink karena kami sangat membutuhkannya untuk wilayah terpencil di Indonesia timur yang banyak sekali blank spot-nya, terutama untuk kesehatan dan pendidikan. Ini tercapai. Elon mengatakan akan datang ke Indonesia pada minggu pertama bulan September saat Indonesia Sustainability Forum dan semoga semua yang disepakati bisa ditandatangani,” ujarnya.
“Starlink” adalah satelit pertama dan terbesar di dunia yang menggunakan orbit bumi yang rendah untuk menghadirkan internet broadband yang mampu mendukung aktivitas online.
Jika semua hal-hal mendasar yang dikehendaki kedua pihak, yaitu pemerintah Indonesia dan “Starlink,” terpenuhi maka perjanjiannya akan ditandatangani September nanti.
Sementara, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan fokus kerjasama dengan jaringan “Starlink” ini adalah untuk menyediakan akses internet di puskemas-puskesmas yang terletak di daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T).
“Ini merupakan upaya kami untuk memastikan layanan kesehatan yang setara dan merata di tanah air. Puskesmas sebagai garda terdepan untuk menciptakan masyarakat yang sehat, harus dipastikan memiliki infrastruktur yang memadai,” ujar Budi sesuai pertemuan itu, sebagaimana keterangan tertulis yang dibagikan kepada wartawan hari Senin (7/8).
Kementerian Kesehatan mengatakan hingga saat ini dari lebih 10.000 puskesmas yang ada, 2.200 puskesmas dengan 11.100 puskesmas pembantu belum memiliki akses internet. Peningkatan konektivitas internet diyakini akan membuka akses yang lebih baik ke layanan kesehatan dan mempermudah akses komunikasi antar daerah, sehingga pelaporan dari fasilitas pelayanan kesehatan bisa real time. Hal ini juga mendukung agenda digitalisasi transformasi kesehatan Indonesia.
Filipina, Rwanda, Mozambik dan Nigeria juga telah menggunakan “Starlink” untuk berbagai fasilitas layanan kesehatan mereka. [em/jm]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia