KOTAMOBAGU, ZONAUTARA.com – Pemerintah Kota Kotamobagu memberikan respon kepedulian terhadap musibah bencana erupsi Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Siau, Tagulandang, Biaro (Sitaro), Provinsi Sulawesi Utara, dengan mengalirkan bantuan kemanusiaan kepada korban yang terdampak.
Penjabat (Pj) Wali Kota Kotamobagu, Asripan Nani, memimpin langsung acara pelepasan bantuan tersebut yang berlangsung pada Sabtu, 20 April 2024, di halaman kantor Wali Kota Kotamobagu.
Pada kesempatan itu, beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) turut mendampingi Pj. Wali Kota dalam prosesi pelepasan bantuan.
Asripan Nani menyatakan bahwa pemerintah kota Kotamobagu turut serta dalam memberikan bantuan kemanusiaan kepada korban erupsi di Kabupaten Sitaro.
“Alhamdulillah, puji Tuhan Kota Kotamobagu dapat berpartisipasi dalam memberikan bantuan ini. Bantuan ini akan dikumpulkan di posko pemerintah provinsi, kantor Gubernur, dan dari sana akan langsung dibawa ke Kabupaten Sitaro,” jelasnya.
Bantuan yang disalurkan oleh Pemkot Kotamobagu untuk korban erupsi Gunung Ruang mencakup berbagai kebutuhan dasar seperti beras, mie instan, air mineral, matras, terpal, perlengkapan mandi, popok bayi, pembalut wanita, dan pakaian layak pakai.
Asripan Nani juga mengungkapkan harapannya bahwa bantuan ini dapat memberikan manfaat yang besar dan meringankan penderitaan saudara-saudara di Kabupaten Sitaro.
Tindakan ini menunjukkan solidaritas dan kepedulian antar-pemerintahan daerah dalam membantu masyarakat yang terdampak bencana alam, sekaligus menggambarkan sinergi yang baik antara berbagai tingkatan pemerintahan dalam penanggulangan bencana.
Terlebih berdasarkan pentauan reporter ZONAUTARA.com di lapangan persedian stok logistik di pengungsiang mulai menipis. Hal ini senada dengan pernyataan Komandan Korem 131/Santiago, Brigjen TNI Wakhyono.
“Jadi logistik yang ada di kita kan sudah mulai menipis, paling bertahan 2 hari ke depan, jadi kalau bantuan dari luar sudah datang mungkin bisa kuat untuk persedian beberapa minggu ke depan,” katanya.
Diketahui, saat ini ada 6 titik pengungsian, yang tersebar di gereja, di sekolah dan gedung-gedung pemerintahandan sebagainya, dan yang lain di rumah-rumah penduduk. Total korban terdampak 650 pengungsi, 495 dari Pulau Ruang.