TikTok terancam dilarang di AS: Apa yang sebenarnya terjadi?

Ini menjadi pukulan besar bagi sekitar 170 juta pengguna aktif TikTok di AS yang selama ini mengandalkan aplikasi tersebut.

Ronny Adolof Buol
Editor: redaktur
Protes pengguna TikTok. (Foto: AP)

ZONAUTARA.com – Perjalanan TikTok, salah satu platform media sosial paling populer di dunia, kini berada di ujung tanduk di Amerika Serikat. Mahkamah Agung AS telah memutuskan untuk melarang TikTok beroperasi di negara tersebut dengan alasan keamanan nasional.

Keputusan ini menjadi pukulan besar bagi sekitar 170 juta pengguna aktif TikTok di AS yang selama ini mengandalkan aplikasi ini untuk hiburan, ekspresi diri, hingga sumber penghasilan.

Latar belakang larangan

TikTok telah lama menjadi subjek kontroversi di AS. Pemerintah dan badan intelijen negara tersebut khawatir bahwa data pengguna TikTok dapat dimanfaatkan oleh pemerintah China untuk spionase dan manipulasi informasi. Induk perusahaan TikTok, ByteDance, berbasis di China, yang membuat kekhawatiran semakin meningkat.

Pemerintah AS menuntut agar ByteDance menjual TikTok kepada perusahaan non-China, namun hingga kini tuntutan tersebut tidak dipenuhi. Pemerintah China, di sisi lain, tidak mengizinkan penjualan algoritma TikTok yang dianggap sebagai “resep rahasia” keberhasilannya.

Pada Jumat, 17 Januari 2025, Mahkamah Agung AS menguatkan larangan tersebut. Mulai 19 Januari, TikTok tidak lagi diizinkan beroperasi di AS kecuali terjadi penjualan aset perusahaan. Hal ini berarti pengguna baru tidak akan bisa mengunduh aplikasi tersebut, dan pengguna lama tidak dapat memperbarui atau mengakses fitur keamanan terbaru.

Langkah selanjutnya: Nasib TikTok di tangan Trump

Donald Trump, presiden terpilih yang akan dilantik pada 20 Januari 2025, menyatakan niatnya untuk mempertimbangkan keputusan terkait TikTok. Trump memiliki opsi untuk mengeluarkan perintah eksekutif berdasarkan Undang-Undang Kekuatan Ekonomi Darurat Internasional. Ia dapat mengklaim bahwa mempertahankan TikTok bermanfaat bagi keamanan nasional, dengan alasan mencegah pengguna beralih ke aplikasi lain asal China seperti Rednote.

“Keputusan saya tentang TikTok akan dibuat dalam waktu dekat. Tetapi, saya perlu waktu untuk meninjaunya. Nantikan!” tulis Trump di Truth Social. Sementara itu, CEO TikTok, Shou Zi Chew, berterima kasih kepada Trump yang telah membuka peluang dialog dengan Presiden China, Xi Jinping, mengenai isu ini.

Dampak bagi pengguna dan kreator

Keputusan ini memicu kekhawatiran besar di kalangan pengguna dan kreator konten. TikTok telah menjadi sumber penghasilan utama bagi banyak kreator, termasuk Lourd Asprec (21) dari Houston yang memiliki 16,3 juta pengikut dan menghasilkan sekitar $80.000 per tahun melalui aplikasi tersebut. Banyak kreator yang kini mencari alternatif untuk mempertahankan bisnis mereka.

Seiring larangan ini, pengguna lama masih dapat menggunakan aplikasi yang sudah diunduh, tetapi tanpa pembaruan perangkat lunak, performa dan keamanannya akan menurun. Kemungkinan lain adalah mengakses TikTok melalui jaringan privat virtual (VPN), meski ini dapat melanggar hukum AS. Dalam waktu dekat, diperkirakan aplikasi ini akan kehilangan relevansinya di kalangan pengguna AS.

tiktok
Infografik Pengguna tiktok berdasarkan negara.

Alternatif yang mulai bermunculan

Menjelang tenggat waktu larangan, platform alternatif seperti Rednote mulai menarik perhatian. Rednote, yang dikenal sebagai Xiaohongshu di China, adalah aplikasi gaya hidup dengan fitur video pendek, streaming langsung, dan belanja. Aplikasi ini telah menjadi salah satu yang paling banyak diunduh di AS dalam beberapa minggu terakhir.

Selain Rednote, Instagram Reels dan YouTube Shorts mencoba mengisi kekosongan yang ditinggalkan TikTok. Namun, banyak pengguna menyebut algoritma mereka tidak sebanding dengan TikTok. Clapper, Triller, dan Zigazoo juga menawarkan alternatif, tetapi masih jauh dari popularitas TikTok.

Kontroversi dan kritik

Kelompok hak digital mengecam larangan ini sebagai bentuk pembatasan kebebasan berekspresi. Mereka menyebut keputusan ini merugikan jutaan pengguna yang bergantung pada TikTok untuk berbagai kebutuhan, mulai dari hiburan hingga pengembangan bisnis daring.

Di sisi lain, keputusan ini juga memicu perdebatan geopolitik. Para analis menyebut larangan TikTok merupakan bagian dari persaingan antara AS dan China yang lebih luas, mencakup isu perdagangan dan keamanan teknologi. Anupam Chander, Guru Besar Hukum di Universitas Georgetown, menyebut bahwa larangan ini lebih banyak bersifat politik daripada praktis.

Era baru nedia sosial?

Dengan larangan TikTok di AS, lanskap media sosial global menghadapi perubahan besar. Bagaimana nasib TikTok di masa depan kini bergantung pada keputusan politik dan negosiasi antara para pemimpin dunia.

Sementara itu, pengguna TikTok di AS hanya bisa menunggu dan berharap akan solusi yang menguntungkan semua pihak.



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
Pemulung informasi dan penyuka fotografi
Leave a Comment

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.