ZONAUTARA.com – Kebijakan tarif tinggi yang diterapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam stabilitas ekonomi negara-negara ASEAN. Sejumlah negara di kawasan, termasuk Indonesia, Malaysia, dan Filipina, terkena dampak langsung dari kebijakan ini, dengan tarif impor yang mencapai hingga 49%.
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, selaku Ketua ASEAN, segera mengambil langkah diplomatik dengan melakukan komunikasi intensif bersama pemimpin negara-negara anggota, termasuk Presiden Indonesia Prabowo Subianto.
“Hari ini, saya berbicara dengan para pemimpin ASEAN, termasuk dari Indonesia, Filipina, Brunei, dan Singapura, untuk menyelaraskan respons kolektif terhadap kebijakan tarif AS,” ungkap Anwar melalui unggahan di LinkedIn, Sabtu (5/4/2025).
Anwar menegaskan komitmen Malaysia memimpin upaya konsensus di antara negara anggota ASEAN guna menegakkan prinsip perdagangan yang adil.
“Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN minggu depan akan membahas solusi terbaik untuk menghadapi tantangan ini,” tambahnya.
Merespons kebijakan AS, Indonesia dan Malaysia berencana memaksimalkan Trade and Investment Framework Agreement (TIFA) untuk melindungi kepentingan perdagangan kedua negara. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menekankan pentingnya sinergi ASEAN.
“Karena seluruh anggota ASEAN terdampak, kolaborasi dan komunikasi terpadu dengan Pemerintah AS sangat krusial,” tegas Airlangga.
Dampak tarif AS pada ekspor ASEAN
Kebijakan tarif resiprokal AS berpotensi mengurangi daya saing ekspor produk unggulan ASEAN, seperti elektronik, tekstil dan produk tekstil, minyak sawit dan karet serta perikanan dan furnitur.
Berikut besaran tarif AS untuk impor dari negara-negara ASEAN:
- Kamboja (49%)
- Laos (48%)
- Vietnam (46%)
- Myanmar (44%)
- Thailand (36%)
- Indonesia (32%)
- Brunei & Malaysia (24%)
- Singapura (10%)
Dengan ancaman ini, ASEAN berupaya memperkuat negosiasi dan mencari alternatif pasar ekspor untuk meminimalkan dampak ekonomi.