Catatan perjalanan Elizas : Ketika mimpi menjemputku di Lombok

Riuh terminal keberangkatan seolah tidak mempengaruhi papa dan mama. Seperti sudah terbiasa melepas anak perempuan mereka berpetualang.

Eliana Gloria
Penulis:
Editor: Marsal Datundugon
Sunset in Lombok (Foto:Zonautara.com/Eliana Gloria)

ZONAUTARA.com – Sehari setelah ulang tahun manusia yang-pernah-ku kasihi, Rabu, 28 April 2021 hampir jam 6 sore, aku menerima pesan singkat ini :

Catatan perjalanan Elizas : Ketika mimpi menjemputku di Lombok

Pandemi membentangkan jarak seperti cuaca gagal dibaca musim, kurang lebih sebanyak 70 anak muda tersebar di Indonesia berhasil mengadu doa menjadi bagian dari Mitra Muda UNICEF. Termasuk aku, seorang anak yang tumbuh tanpa peta dan menjadikan bintang sebagai penunjuk arahnya.

Sebenarnya, bagiku berinteraksi dengan orang lain tidak begitu susah, hanya saja pandemi sialan ini memutuskan interaksi murni, tapi syukurlah, aku tipe manusia yang menaruh makna dari setiap peristiwa hidupku. Maka aku benar-benar memaknai episode hidup ini.

Tahun 2021 kami beraktivitas secara daring, dan and sure it’s quite confused. Beberapa dari kami terhubung dengan kantor perwakilan regional (field office) dan sisanya dengan kantor perwakilan negara di Jakarta.

Bagi mereka yang terhubung dengan field office pikirku adalah sebuah privilese, sebab mereka dapat melaksanakan program dengan sumber daya yang kuat dan cukup. Sementara kami yang di bawahi kantor perwakilan negara mesti menunggu giliran untuk berkegiatan.



Mitra Muda UNICEF ada dalam garis koordinasi divisi Youth Engagement (YE) dan YE ada di bawah Social Behavior Change yang merupakan program strategis dari departemen Communication (Comms).

Beberapa program yang aku ikuti selama 2021 yaitu, Focus Group Discussion Priority Key bersama Y20 Indonesia, Roots-bullying prevention initiative-bersama Kemendikbud RI dan Peringatan Hari Anak Sedunia 2021, kali pertama aku masuk TV haha……

And yes, time flies ……

Lombok yang menjemput mimpiku

Catatan perjalanan Elizas : Ketika mimpi menjemputku di Lombok

Pesan dari kak Priyo aku terima pada Sabtu, 17 Oktober 2022. Dua jam setelah aku menerima surel dari panitia Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) bahwa aku lolos sebagai Liaison Officer for International Writers. Beberapa etape, hidupku selalu tergaris lucu.

Selalu ada “pertama kali” dalam hidup, dan ini kali pertama bertemu kawan-kawanku yang setahun lamanya menyapa mereka melalui layar –meski sebenarnya sejak SMP aku sudah terbiasa dengan rupa-rupa pertemanan jarak jauh- dan jujur walaupun lingkungan kerja ini sangat positif, tetap saja melelahkan bagiku yang juga bertaruh dengan diagnosis bolak-balik F31.5 – F.31.0.

Senin (10/10/22) riuh terminal keberangkatan seolah tidak mempengaruhi papa dan mama. Seperti sudah terbiasa melepas anak perempuan mereka berpetualang. Aku diantar tanpa drama air mata atau pesan-pesan seperti “jaga diri”, “jangan salah bergaul” atau “jangan hamil”. I’m off to Lombok.

Kurang lebih 6 jam di udara, terbagi atas Manado-Jakarta dan Jakarta-Lombok.

Anak sekecil ini berkelahi dengan Terminal 3 dan 2 di Bandara Soetta. Segar dalam ingatan, aku menikmati hustle perpindahan terminal itu. Sayangnya aku terlambat tiba, mereka duluan membekukan momen pertama bertemu.

Catatan perjalanan Elizas : Ketika mimpi menjemputku di Lombok
The Mitmud’s (Foto: Zonautara.com/Eliana Gloria)

Itu kali pertama aku bertemu Oliv, Harun, Alya, Dafa, Rana, Vani, Iqbal, dan Chyntia. Selain pandemi sialan, sebenar-benarnya anak kampung ini kurang bisa mengoperasikan lidahnya untuk mengubah bahasa Indonesia dengan tempo yang sesingkat-singkatnya.

Pukul 13.50 (10/10/22) rombongan pertama tiba di Bandar Udara International Zainuddin Abdul Madjid Lombok. Perjalanan dari bandara menuju hotel kurang lebih 45 menit. Sebelum benar-benar sampai di hotel kami mampir di Desa Adat Sade.

Catatan perjalanan Elizas : Ketika mimpi menjemputku di Lombok
Alya’s weave in Sade, Lombok (Foto:Zonautara.com/Eliana Gloria)

Ini yang aku tangkap selama 1 jam di Sade.

Desa Adat Sade terkenal dengan tradisi mereka yang hidup hingga hari ini. Masyarakat yang hidup di Sade merupakan orang asli suku Sasak.

Saat memasuki tanah adat ini, ada hal jelas yang membuatku serasa pindah dunia. Rumah adat dengan aksen arsitektur tradisional. Rumah adat di Sade disebut sebagai “Bale”.

Terdapat 3 jenis Bale yang pula membedakan jenis penghuninya :

  1. Bale Bonter, merupakan rumah adat yang biasanya dimiliki oleh pejabat desa atau tokoh adat. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat pertemuan atau persidangan adat untuk menyelesaikan berbagai masalah, seperti pelanggaran hukum adat. Selain itu, Bale Bonter juga digunakan untuk menyimpan benda-benda bersejarah atau pusaka warisan keluarga.
  2. Bale Kodong, adalah rumah berukuran kecil yang diperuntukkan bagi pasangan yang baru menikah atau orang tua lanjut usia yang ingin menghabiskan masa tuanya. Bangunan ini bersifat sementara hingga pasangan tersebut mampu membangun rumah yang lebih besar atau hingga orang tua tersebut meninggal dunia.
  3. Bale Tani, adalah rumah adat yang dihuni oleh keluarga petani. Bangunan ini mencerminkan kehidupan masyarakat Sasak yang mayoritas berprofesi sebagai petani. Bale Tani biasanya terdiri dari beberapa ruangan yang digunakan untuk berbagai aktivitas keluarga sehari-hari.

Selain rumah adat, yang terasa unik bagiku adalah kebanyakan dari rumah itu terisi alat dan banyak sekali kain tenun. Yang kudengar dari para pemandu, menenun adalah mata pencaharian utama Sade, perempuan di Sade harus mampu menenun sebelum memasuki kehidupan berumah tangga.

Sore itu hangatnya terasa lain, entah karena aku yang terkagum-kagum berdiri di tempat asing yang tidak pernah terpikir sebelumnya atau karena langit yang tengah berbaik hati merengkuh mimpi anak kecil ini.

Bersambung…

Follow:
mì significant other would say : orang yang energik, pendengar yang baik, solutif, murah senyum. | Typically ENTJ, compassionate listeners, long-life learner.
Leave a Comment

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com