ZONAUTARA.com – Ketimpangan gender dalam pembagian tugas perawatan menjadi salah satu tantangan besar yang masih dihadapi di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Data global menunjukkan bahwa perempuan menghabiskan waktu dua hingga tiga kali lebih banyak dibanding laki-laki untuk pekerjaan perawatan tak dibayar, seperti mengasuh anak, merawat anggota keluarga yang sakit atau lansia, serta mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Ketimpangan ini berdampak signifikan terhadap akses perempuan terhadap pendidikan, pekerjaan, dan peluang ekonomi.
Pekerjaan perawatan tak dibayar yang mayoritas dilakukan perempuan sering dianggap sebagai tugas alami atau kewajiban keluarga, sehingga kurang mendapatkan perhatian dari kebijakan publik maupun masyarakat luas.
Padahal, beban kerja ini sangat berat dan menguras waktu serta tenaga, yang seharusnya bisa digunakan perempuan untuk berpartisipasi lebih aktif dalam dunia pendidikan dan pekerjaan formal.
Survei Waktu Use yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020 mencatat bahwa rata-rata perempuan di Indonesia menghabiskan sekitar 5 jam per hari untuk pekerjaan perawatan tak dibayar, sementara laki-laki hanya sekitar 1,5 jam.
Perbedaan waktu ini menunjukkan bahwa pembagian kerja dalam rumah tangga masih sangat tidak seimbang, dan perempuan harus menanggung beban ganda, yakni bekerja di luar rumah sekaligus mengelola urusan domestik.
Ketimpangan ini memiliki konsekuensi ekonomi yang besar. Perempuan yang harus membagi waktu antara pekerjaan berbayar dan perawatan tak berbayar cenderung mengalami keterbatasan kesempatan untuk naik jenjang karier atau memperoleh penghasilan yang setara dengan laki-laki.
Selain itu, ketergantungan pada peran perawatan juga meningkatkan risiko perempuan untuk keluar dari angkatan kerja, yang pada akhirnya menghambat kemajuan ekonomi mereka.
Dampak lain dari ketimpangan ini adalah terbatasnya waktu perempuan untuk meningkatkan keterampilan atau melanjutkan pendidikan. Padahal, pendidikan dan pelatihan merupakan kunci penting untuk meningkatkan daya saing dan kesejahteraan perempuan di era ekonomi modern.
Ketika pekerjaan perawatan tetap menjadi beban utama, perempuan sulit mengembangkan potensi diri secara optimal.
Pemerintah dan berbagai lembaga perlu mengambil langkah strategis untuk mengurangi ketimpangan ini. Salah satunya adalah dengan mengembangkan layanan perawatan publik yang memadai, seperti penitipan anak dan pusat perawatan lansia, sehingga beban perawatan di rumah dapat berkurang. Selain itu, kampanye perubahan budaya yang mendorong laki-laki untuk lebih aktif dalam urusan perawatan rumah tangga harus terus digalakkan.
Peran laki-laki dalam pekerjaan perawatan tidak hanya akan meringankan beban perempuan, tetapi juga menciptakan hubungan keluarga yang lebih harmonis dan seimbang.
Pembagian tugas yang adil juga dapat meningkatkan kualitas hidup seluruh anggota keluarga dan memperkuat ketahanan sosial masyarakat secara keseluruhan.
Secara lebih luas, mengatasi ketimpangan gender dalam pekerjaan perawatan tak berbayar adalah bagian dari upaya mencapai kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan yang berkelanjutan.
Ini juga sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) nomor 5 yang menekankan penghapusan diskriminasi dan ketidaksetaraan berbasis gender di semua bidang kehidupan.
Dengan mengakui dan mengatasi ketimpangan ini, masyarakat dan negara dapat membuka jalan bagi masa depan di mana perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkontribusi dalam semua aspek kehidupan.