ZONAUTARA.com – Kelelawar merupakan satu-satunya mamalia yang mampu terbang aktif dan memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
Berdasarkan data ilmiah, kelelawar termasuk dalam ordo Chiroptera dan terdiri dari lebih dari 1.100 spesies di seluruh dunia.
Indonesia sendiri merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman kelelawar tertinggi, dihuni oleh sekitar 205 hingga 215 spesies, atau sekitar 20% dari total spesies kelelawar global (Maryanto et al., 2015; Wilson & Mittermeier, 2019).
Secara umum, kelelawar dibagi menjadi dua subordo utama, yaitu Megachiroptera dan Microchiroptera.
Megachiroptera, yang lebih dikenal sebagai kelelawar buah, umumnya berukuran besar dan memiliki penglihatan tajam serta indra penciuman yang baik.
Mereka tidak menggunakan ekolokasi, dan sebagian besar mengonsumsi buah-buahan dan nektar. Contoh spesies dalam kelompok ini adalah Pteropus vampyrus (kalong) dan Cynopterus brachyotis (kelelawar buah kecil).
Sementara itu, Microchiroptera merupakan kelompok kelelawar kecil yang memanfaatkan ekolokasi untuk bernavigasi dan mencari mangsa, terutama serangga. Beberapa contoh spesiesnya antara lain Myotis muricola dan Hipposideros larvatus (Francis, 2008).
Keanekaragaman kelelawar di Indonesia tersebar di berbagai habitat, mulai dari hutan primer, sekunder, gua, hingga kawasan perkotaan.
Penelitian yang dilakukan di Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah, menemukan setidaknya 19 spesies kelelawar di kawasan tersebut (Bambang et al., 2019).
Di Pulau Timor, kelelawar ditemukan di hutan dan sekitar aliran sungai (Novarino et al., 2017), sementara di wilayah urban seperti kampus UIN Ar-Raniry Banda Aceh, ditemukan berbagai spesies yang mampu beradaptasi dengan lingkungan buatan (Huda et al., 2021).
Beberapa spesies kelelawar di Indonesia bersifat endemik dan menghadapi ancaman serius. Pteropus melanopogon atau black-bearded flying fox, yang hanya ditemukan di Kepulauan Maluku, kini dikategorikan sebagai spesies terancam punah oleh IUCN (IUCN Red List, 2023).
Ancaman utama terhadap kelestarian kelelawar meliputi hilangnya habitat akibat deforestasi, perburuan, perdagangan ilegal, serta gangguan manusia terhadap tempat bertengger mereka, seperti gua dan pohon tua (Kingston, 2010).
Padahal, kelelawar memiliki peran ekologis yang sangat besar. Kelelawar buah membantu dalam proses penyerbukan dan penyebaran biji, menjadikan mereka agen penting dalam regenerasi hutan tropis.
Sementara itu, kelelawar pemakan serangga sangat membantu petani dalam mengendalikan hama secara alami, serta mengurangi penyebaran penyakit yang dibawa oleh serangga (Kunz et al., 2011).
Untuk menjaga keberlanjutan spesies kelelawar, diperlukan upaya konservasi yang serius seperti perlindungan habitat, edukasi masyarakat, serta penelitian lanjutan.
Kesadaran akan pentingnya keberadaan kelelawar tidak hanya menyelamatkan spesies mereka, tetapi juga ekosistem tempat manusia hidup bergantung.