ZONAUTARA.com – Fenomena perempuan mandiri yang memilih tetap sendiri semakin terlihat nyata di berbagai kota besar dan kalangan profesional. Mereka bukan tidak mampu menjalin hubungan, melainkan merasa cukup dan bahagia dengan kehidupan yang mereka ciptakan sendiri.
Menurut laporan Pew Research Center tahun 2020, lebih dari 61 persen perempuan lajang dewasa di Amerika merasa bahagia dengan status mereka, angka yang cenderung meningkat di kelompok perempuan berpendidikan tinggi dan mapan secara ekonomi.
Kemandirian membuat perempuan lebih bijak dan selektif dalam memilih pasangan. Mereka tidak lagi menempatkan pernikahan sebagai tujuan utama hidup, melainkan sebagai pilihan yang harus setara dan sehat.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia tahun 2022 menunjukkan bahwa angka usia kawin pertama perempuan semakin mundur, dengan rerata mencapai 22,7 tahun secara nasional. Ini menjadi indikator bahwa perempuan kini tidak terburu-buru menikah, dan lebih mementingkan kesiapan emosional serta finansial.
Banyak perempuan mandiri yang telah melalui pengalaman hidup yang menempanya menjadi kuat. Mereka terbiasa mengelola hidup sendiri, mengurus keuangan, mengambil keputusan penting, dan membangun karier.
Psikolog klinis Tara de Francis dari American Psychological Association menjelaskan bahwa perempuan yang memiliki kontrol atas hidupnya cenderung lebih percaya diri dan tidak mudah tergantung pada relasi romantis sebagai sumber validasi diri.
Di sisi lain, tekanan sosial masih sering mengintai mereka yang memilih sendiri. Pertanyaan tentang kapan menikah atau sindiran tentang usia sering menjadi beban psikologis. Namun, banyak perempuan mandiri justru semakin teguh dengan pilihannya. Mereka tahu bahwa hubungan yang dibangun karena tekanan bukanlah jaminan kebahagiaan.
Penelitian dari University of Michigan pada 2023 menyebutkan bahwa perempuan yang hidup sendiri tetapi aktif secara sosial dan profesional cenderung lebih stabil secara mental dibanding perempuan yang terjebak dalam hubungan tidak sehat.
Lingkungan kerja juga memberi gambaran menarik. Perempuan yang sukses dalam karier sering kali dianggap ‘terlalu kuat’ atau ‘menakutkan’ oleh sebagian laki-laki. Hal ini membuat mereka cenderung berhati-hati dalam membuka relasi. Mereka tidak ingin terjebak dalam pola hubungan yang menuntut mereka untuk mengecilkan diri demi kenyamanan pasangan.
Sebaliknya, mereka mendambakan hubungan yang memungkinkan keduanya tumbuh tanpa harus mengorbankan identitas masing-masing.
Meski ada kalanya rasa sepi datang, perempuan mandiri umumnya punya mekanisme kuat untuk mengatasinya. Mereka membangun kehidupan sosial yang sehat, menjaga kesehatan mental, dan fokus pada kegiatan yang memberi makna.
Survei YouGov tahun 2021 mencatat bahwa perempuan lajang lebih aktif dalam komunitas sosial, seni, dan kegiatan relawan dibanding perempuan yang sudah menikah, karena memiliki waktu dan ruang lebih besar untuk pengembangan diri.
Pilihan untuk hidup sendiri bukan karena takut jatuh cinta, melainkan karena telah mencintai diri sendiri lebih dulu. Jika suatu hari mereka bertemu seseorang yang benar-benar sepadan dan membawa kedamaian, mereka tidak menutup hati.
Namun hingga saat itu datang, mereka tetap melangkah sendiri dengan percaya diri, menikmati hidup yang mereka bangun dengan penuh kesadaran dan kemandirian.