Pentingnya menulis dengan pendekatan Jurnalisme Konstruktif

Dalam isu-isu kompleks seperti perubahan iklim, kemiskinan, atau ketimpangan gender, pendekatan ini membantu memperlihatkan bahwa di balik krisis selalu ada individu atau kelompok yang berupaya mencari jalan keluar.

Neno Karlina Paputungan
Editor: Redaktur
Menulis skripsi / Ilustrasi dari Pexels.com

ZONAUTARA.com – Dalam era di mana berita buruk mendominasi ruang publik dan media sosial menjadi ladang subur bagi kecemasan kolektif, pendekatan jurnalisme konstruktif menjadi semakin penting.

Jurnalisme ini menawarkan alternatif dari pemberitaan yang hanya menyoroti sisi gelap suatu peristiwa tanpa memberikan ruang untuk solusi, harapan, atau nuansa yang lebih utuh.

Jurnalisme konstruktif bukan berarti menutupi kenyataan atau menghindari kritik. Sebaliknya, pendekatan ini tetap berakar pada prinsip jurnalisme—akurat, faktual, dan berimbang—namun berusaha menambahkan dimensi solutif dan membangun.

Tujuannya adalah menciptakan dampak positif bagi publik, mendorong diskusi sehat, dan memperkuat kepercayaan terhadap media.

Salah satu kekuatan utama dari jurnalisme konstruktif adalah kemampuannya untuk memberi ruang bagi berbagai perspektif, termasuk suara dari komunitas yang sering diabaikan.



Dalam isu-isu kompleks seperti perubahan iklim, kemiskinan, atau ketimpangan gender, pendekatan ini membantu memperlihatkan bahwa di balik krisis selalu ada individu atau kelompok yang berupaya mencari jalan keluar.

Di tengah krisis kepercayaan terhadap media, jurnalisme konstruktif juga dapat menjadi jembatan untuk meraih kembali audiens yang skeptis.

Ketika publik disuguhi tidak hanya masalah tetapi juga inisiatif, solusi lokal, atau narasi inspiratif yang berbasis data, mereka lebih cenderung terlibat dan merasa memiliki harapan.

Tak kalah penting, pendekatan ini memberi ruang bagi empati. Dengan menggambarkan manusia bukan hanya sebagai korban atau pelaku, tetapi juga sebagai agen perubahan, jurnalis dapat menghidupkan dimensi kemanusiaan yang kerap hilang dalam narasi berita yang sensasional.

Tentu, menerapkan jurnalisme konstruktif memerlukan keberanian dan perubahan paradigma. Redaksi perlu lebih selektif, berpikir jangka panjang, dan mendorong wartawan untuk menggali lebih dalam, bukan hanya mencari konflik, tetapi juga potensi perubahan.

Di sisi lain, jurnalis harus lebih peka terhadap dinamika sosial dan siap mengangkat cerita-cerita yang tak hanya menarik, tapi juga bermanfaat.

Di tengah derasnya arus informasi yang terkadang melelahkan dan menimbulkan keputusasaan, jurnalisme konstruktif menjadi pelita yang menuntun pada pemahaman, empati, dan harapan. Pendekatan ini bukan sekadar tren, tetapi kebutuhan mendesak agar media kembali menjadi ruang publik yang mencerdaskan dan memperkuat demokrasi.

Suka berkelana ke tempat baru, terutama di alam bebas. Mencintai sastra fiksi dan tradisi. Berminat pada isu-isu ekofeminisme, gender, hak perempuan dan anak. Beberapa kali menerima fellowship liputan mendalam. Tercatat sebagai anggota AJI.
Leave a Comment

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com