MANADO, ZONAUTARA.com – Dari kejauhan lelaki berkacamata minus ini sudah menebar senyum. Ia terlihat ceria dengan kaos berkerah motif bergaris putih biru. Dony namanya, teman sekelasku saat menempuh pendidikan menengah atas. Saat sekolah, ia terkenal pintar namun agak jahil.
“Hallo bro, dari tadi?” sapanya dengan gaya yang khas sambil duduk berhadapan denganku. Diatas meja yang membatasi kami, telah tersedia sepiring gorengan pisang dan dua gelas kopi susu. Kami memang sudah mengatur waktu bertemu di sebuah rumah kopi yang terletak di kawasan Megamas Manado. Saat diberitahu posisinya sudah dekat, saya langsung memesan minuman untuknya.
Saat bertemu, kami biasa bertukar pikiran seputar keseharian menjalani hidup. Sesekali memori saat sekolah terselip dalam pembicaraan. Kalau sudah mengenai topik bahasan yang ini, kami kerap terkekeh-kekeh mengenang keusilan saat sekolah. Kali ini dia memulai pembicaraan tentang profesi barunya sebagai pengemudi taksi online GoCar.
“Saya sudah mendaftar jadi pengemudi GoCar. Pendapatannya bagus. Perhari saya bisa dapat Rp 400 ribu bersih. Kalau cuma cicilan kendaraan per bulan tiga atau empat juta lewat. Cicilan mobil saya dalam sepuluh hari kerja sudah dapat. Sisanya untuk biaya hidup,” terang dia.
Dony memang membeli mobil jenis MPV dengan cara kredit. Dengan uang muka sekitar Rp. 60 juta, ia memiliki kewajiban menyicil setiap bulan sekitar 3 jutaan per bulan selama tiga tahun. Dengan profesi baru sebagai pengemudi taksi berbasis aplikasi online, dirinya tak merasa terbeban dengan biaya setoran mobil.
Setiap hari ayah dari tiga orang anak ini bekerja maksimal 10 jam. Dengan mengandalkan aplikasi GoCar yang terpasang di ponsel, ia selalu merespons orderan pelanggan dengan cepat. Pelanggan terdekat yang akan “disambarnya” terlebih dahulu. Melayani dengan ramah adalah motto profesinya sekarang. Dengan begitu ia berharap bisa menjalin keakraban.
“Kemarin saya mulai kerja pukul setengah sembilan pagi. Jam setengah dua siang sudah dapat bonus Rp 300 ribu plus uang tunai Rp 150 ribu. Alhamdulilah sekarang maitua aman,” jelasnya sambil tersenyum. Sepuluh order diselesaikan untuk mendapat bonus diluar ongkos taksi yang dibayar penumpang.
“Hitung aja yang bonusnya. Uang bayaran penumpang taruhlah digunakan buat beli bensin. Tiga ratus ribu satu hari sudah luar biasa. Tapi target saya itu Rp 400 ribu bersih dalam sehari. Seratus ribu setor ke istri, tiga ratus ditabung. Gimana enak kan? Kerja ndak capek-capek amat pendapatan lumayan,” ungkapnya sambil mengunyah sepotong gorengan.
Profesinya ini juga tak banyak menyita waktu. Jika sedang capek atau ada keperluan lain yang membuatnya tak bisa bekerja, ia tinggal mematikan aplikasi dalam ponselnya. Pekerjaan lain pun dilakukan atau beristirahat sejenak untuk menghilangkan penat.
Cerita profesi baru Dony sebagai pengemudi taksi berbasis aplikasi online tentu saja akan berbeda dengan cerita sopir angkutan kota yang harus berburu penumpang dengan sesama sopir mikrolet. Belum lagi penatnya diri lantaran terpapar sinar matahari dalam kabin mobil tanpa pendingin udara.
***
Tentu cerita Dony adalah bagian dari keberhasilan inovasi yang dilakukan pengusaha di bidang transportasi berbasis aplikasi. Banyak kalangan sependapat, bahwa inovasi tersebut mampu menciptakan lapangan kerja baru. Pemerintah terbantu mengentaskan kemiskinan.
Namun disatu sisi, kehadiran transportasi berbasis aplikasi ini dianggap menghantam keberadaan transportasi umum yang sudah ada terlebih dahulu. Protes bahkan disertai dengan demonstrasi besar-besaran sempat dilayangkan para pengusaha dan pengumudi taxi konvensional beberapa waktu lalu. Buntutnya, pemerintah pun harus mengeluarkan Peraturan Menteri Perhubungan untuk memberi regulasi bagi taxi online.
ZonaUtara.com dalam sepekan ini akan menurunkan laporan secara khusus mengenai keberadaan transportasi berbasis aplikasi dan ancamannya terhadap transportasi konvensional. Ikuti terus Laporan Khusus kami.