bar-merah

Hidup Di Tengah Mayoritas Kristen, Kerukunan di Jaton Diangkat Jadi Film

TONDANO, ZONAUTARA.com – Di tengah masyarakat yang berpenduduk mayoritas Kristen di Kabupaten Minahasa, geliat Ramadan di kampung Jawa Tondano tak kalah khusuk dengan daerah lain yang berpenduduk mayoritas Islam. Hal inilah yang menginspirasi sutradara kondang Jefry Luntungan membuat sebuah film dokumenter yang mengangkat tradisi Ramadan di kampung yang sering disingkat Jaton ini.

Proses syuting film ini telah dimulai sejak 19 Juni 2017 lalu. Rencananya, proses pengambilan gambar bakal rampung pada 4 Juli 2017.

Sutradara Jeffry Luntungan menjelaskan, film ini bertujuan untuk memberikan pandangan berbeda kepada seluruh penduduk Indonesia, bahwa di Minahasa, tepatnya di Jaton, ada kerukunan, kebersahajaan, saling pengertian, dan toleransi yang tinggi antarumat beragama.

“Buktinya Jaton dihuni 100 persen Muslim namun mereka hidup berdampingan dengan penduduk sekitar tanpa ada pertikaian satu dengan yang lain,” ungkapnya kepada wartawan ZonaUtara.com.

Film ini, kata Jeffry, akan sekaligus jadi rekam jejak sejarah Jaton. Kerukunan dan kebersahajaan di tempat ini diharapkan terus terjaga dengan warisan nilai-nilai luhur yang patut dicontohi.

“Orang-orang di Jaton ramah dan sangat kooperatif sepanjang proses produksi sampai hari ini. Keunikan bahasa di Jaton menarik untuk bisa ditelusuri oleh pakar linguistik ke depannya,” terangnya.

Sementara itu, Achi Breyvi Talanggai yang dipercayakan pada posisi Asisten Sutradara (Astrada), menambahkan bahwa kisah dalam film dokumenter ini mengangkat kebiasaan warga Jaton ketika mempersiapkan diri menyambut bulan suci Ramadan sampai pada perayaan tradisi Hari Raya Ketupat yang sangat unik.

“Tak hanya itu. Letak strategis Jaton yang bermukim di tengah-tengah penduduk mayoritas umat Nasrani membuatnya jadi tempat yang begitu menarik. Jaton mampu hidup berdampingan dengan orang-orang Minahasa sejak bersentuhan pertama kali. Jaton terbentuk dari percampuran keturunan antara kelompok Kiay Modjo dan orang-orang Minahasa yang masih alifuru. Setelah perang Diponegoro Kiay Modjo diasingkan dari Jawa bersama para pengikutnya ke wilayah Tondano, Minahasa,” urainya.

 

Editor: Tomy Lasut



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com