MANADO, ZONAUTARA.com – Hari ini Sabtu 1 Juli 2017, institusi kepolisian genap berusia 71 tahun dan seperti biasanya diperingati sebagai Hari Bhayangkara. Di usia senja ini, Polri terus melakukan pembenahan internal menuju terwujudnya pelayanan keamanan dan ketertiban masyarakat yang prima, tegaknya hukum dan keamanan dalam negeri yang mantap, serta terjalinnya sinergi polisional yang proaktif sesuai dengan visi.
Pertanyaannya, apakah pembenahan yang dilakukan sudah sesuai dengan harapan masyarakat? Apakah institusi penegak hukum ini sudah memberikan rasa keadilan bagi warga? Beberapa warga masyarakat memberikan respons terhadap kinerja polisi sesuai dengan penilaian mereka masing-masing. Penghargaan dan kritik dilayangkan dari hati sebagai kado ulang tahun demi kemajuan korps baju coklat.
Aktivis Jim R. Tindi menilai, Polri di era Jenderal Tito Karnavian semakin menunjukkan perubahan ke arah postif. Rakyat tentunya memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap kinerja Polri sehingga tantangan kedepan bisa lebih mandiri, profesional dan menegakkan hukum secara berkeadilan.
“Di Sulut sendiri, rakyat menunggu langkah berani Kapolda (Irjen Pol Bambang Waskito) untuk mengusut beberapa kasus besar yg kini macet antara lain kasus korupsi Sollar Cell dan lain-lain,” ujar Tindi.
Adrian Dumais, Pengusaha, warga Sukur Kecamatan Airmadidi, pun menilai polisi terus menunjukkan performa dan kinerja yang baik. Dalam hal penanganan kasus, tidak ada lagi unsur tebang pilih dan bekerja sesuai aturan yang ada. “Iya, jadi kalau menurut saya, polisi sudah profesional sesuai bidangnya masing-masing. Makanya kalau ada masalah atau apapaun yang berujung masalah hukum, harus melapor ke polisi dan siap diatur oleh peraturan,” ungkap Dumais.
Masih dalam hal pelayanan, karyawan swasta bernama Ferdy Pattymahu juga memuji polisi. “Sudah mulai bagus. Pada umumnya ada kemajuan untuk pelayanan di lapangan. Contoh praktis, ketika saya terlibat pelanggaran lalu lintas, sudah jarang yang mau ‘atur damai’. Setidaknya berkurang bukan tidak ada. Demikian pun dalam urusan penangan kasus proses pidana. Memang masih ada yang bisa kongkalingkong tapi untuk sekarang aparatnya agak mulai takut setidaknya mulai lebih disiplin,” nilai dia.
Bagaimana amatan kinerja polisi di mata seorang guru? Arthur Ch. Kountul, seorang ‘Oemar Bakri’ mengatakan polisi terus meningkatkan pelayanan mereka dari tahun ke tahun. “Polri semakin baik. Yang paling penting Polri harus lebih transparan dan akuntabel apalagi menyangkut persoalan-persoalan sosial masyarakat sekarang ini. Harus juga memanfaatkan kemajuan IT untuk mempermudah tugas. Yang pasti kinerja polri menghadirkan rasa aman bagi masyarakat semakin ok tapi perlu ditingkatkan terutama dalam proses-proses penegakan hukum di Indonesia,” urai Arthur.
Di bidang penanganan terorisme, polisi mendapat respons positif. Setiap terjadi aksi terorisme, polisi dinilai mampu dengan cepat melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan sesuai ketentuan. “Kinerja polisi sangat baik di bidang penanganan terorisme dan pengamanan negara cuma masih lemah dalam penanganan kasus lain seperti contoh korupsi dan sebagainya. Masih gampang di intervensi oleh segelintir orang,” kata Kevin Songkilawang yang berstatus sebagai mahasiswa.
Sementara itu, Tokoh adat Pakasa’an Toumbulu Laurens David Sulu menilai bahwa kerja polisi belum bisa naik dari nilai cukup. Penegakkan hukum yang masih lemah dan belum sesuai harapan menjadi penyebab meski ada usaha untuk melakukan perbaikan oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian.
Sebagai insan penegak hukum, polisi seharusnya terus memberi rasa aman bagi warga, namun masih banyak kasus-kasus yang belum ditangani secara tuntas. Hal ini menurut dia, tidak memberi rasa aman dan rasa keadilan bagi masyarakat.
“Contohnya, ada banyak tokoh-tokoh yang secara nyata sudah mengancam stabilitas negara dan berstatus tersangka tidak ditangani dengan cepat malah keliatannya ada rasa enggan. Sehingga ada kesan polisi takut menegakan hukum kalau berkaitan dengan mereka,” pungkas Laurens tanpa menyebut siap tokoh yang dimaksud.