Guru Pun Terpaksa Mengawasi Siswanya Saat Istirahat
MANADO, ZONAUTARA.com – Hiruk-pikuk diselingi tawa cekikikan sebagian besar siswa Sekolah Dasar (SD) Inpres Kalasey terdengar saat jam istirahat berdentang. Meski waktu istirahatnya hanya beberapa menit, namun para siswa SD ini begitu menikmatinya dan seakan lupa kalau sebentar lagi akan kembali belajar.
Setiap kali bel istirahat didentangkan, hati Kepala SD Inpres Kalasey Emeyke Ogy selalu risau. Sungai yang melintas di bagian selatan sekolah tersebut terlalu beresiko bagi murid-muridnya yang berumur belia itu. Tak ada pagar pembatas yang bisa menjamin keamanan dari para siswanya yang sedang aktif dalam keriangan usia belia.
Saat ditemui wartawan Zona Utara, Selasa (19/9/2017), Emeyke mengeluhkan, kondisi sekolah yang dipimpinnya itu tak aman bagi 187 siswa yang sementara menuntut ilmu di SD Inpres Kalasey yang berlokasi di Desa Kalasey II, Kecamatan Mandolang, Kabupaten Minahasa.
“Sebagian besar siswa berasal dari penduduk desa sini. Sekolah ini belum ada pagar yang membatasi sungai besar di bagian selatan. Sungai tersebut tepat berada di bekakang ruang kelas 1, 2, dan 3. Karenanya, para staf pengajar langsung berinisiatif menjaga murid-murid agar tidak bermain di bibir sungai. Pernah ada kejadian, karena lolos dari pengawasan, beberapa siswa sempat bermain di tepi sungai. Kaki seorang siswa tertusuk beling karena turun ke sungai,” kenang Emeyke.
Saat musim hujan, lanjutnya, menjadi saat di mana tingkat keseriusan ditingkatkan lebih dari biasanya karena volume air bertambah. Untuk mengantisipasinya, pernah dibuat pagar darurat dari bambu. Namun pagar itu sering dirusak orang secara sengaja sekalipun selalu diperbaiki.
“Di bagian selatan sekolah juga terdapat lahan perkebunan rakyat. Halaman sekolah ini sering digunakan sebagai jalan pintas dari warga sekitar menuju ke kebun mereka. Karena merasa akses jalan telah dipagar, merekapun diduga merusaknya. Di satu sisi, pagar itu berguna untuk terjaminnya keselamatan dan kenyamanan para siswa tapi justru sering dirusak warga yang notabene masih mempunyai hubungan kekeluargaan dengan para siswa. Kami sudah memikirkan untuk membangun pagar permanen, namun terkendala pendanaan,” pungkas Emeyke.
Editor: Rahadih Gedoan