MANADO, ZONAUTARA.com – Saat berkunjung ke pasar Ikan Tua, di Kelurahan Calaca, Anda pasti akan menemukan dua bangunan peninggalan Belanda.
Saat ini, bangunan itu digunakan Inung Ma’ruf (43) dan rekan-rekannya sebagai tempat gunting rambut.
Kepada wartawan Zonautara.com, Inung menceritakan sejarah lokasi itu hingga dijadikan tempat usaha.
“Setahu saya, bangunan ini sebelum menjadi rumah kopi pada tahun 1990, merupakan tempat jua ikan yang sudah diawetkan atau istilahnya ikan kering. Setelah itu pada sekitar 1993, jadi kantor Pesona Nada (sejenis judi ketangkasan, red) yang saat itu sempat ramai,” kata Inung.
Lanjut dia, sebelum menempati bangunan itu, semua tukang gunting membuka usaha jasa gunting rambut di emperan toko. Nanti sekitar tahun 1990 barulah dia dan beberapa rekannya menempati bangunan tersebut.
Saat itu, kata dia, yang berprofesi sebagai tukang gunting rambut belum begitu banyak.
“Jika mengingat lagi masa lalu, tentu sangat berbeda dengan kondisi sekarang. Pada 1990-an, jasa tukang pangkas rambut dihargai Rp 1.500 per kepala, kemudian naik jadi Rp 3,500, sampai Rp 5.000, sekitar tahun 1997,” kenang Inung.
Kondisi perekonomian yang terus meningkat, begitu juga naiknya harga barang, membuat jasa gunting rambut ini ikut naik pula.
Pada 2002, jasa tukang pangkas rambut telah dihargai Rp 15.000 per kepala.
“Di tahun 2002 ini, kami tak hanya merasakan untung dari jasa menggunting. Namun saya sendiri sejak tahun tersebut sudah menggunakan gunting dengan daya listrik. Jadi mempermudah pekerjaan.” tutur pria yang berdomisili di Kelurahan Karang Ria, Kecamatan Tuminting ini.
Lanjut dia, jasa gunting rambut saat ini sudah bisa memenuhi keperluan hidupnya sehari hari. Dari harga per kepala Rp 20.000, dia memperoleh keuntungan sebesar Rp 13.000, dan sisanya Rp 7.000 itu disetor ke pemilik tempat atau toko.
Editor: Eva Aruperes