MANADO, ZONASULUT.com – Empat orang anak muda Minahasa Selatan (Minsel) yang baru usai mengikuti Yaki Youth Camp 2018 di Taman Wisata Alam Batuputih Tangkoko, Kota Bitung langsung melaksanakan aksi nyata, 5 Juli 2018.
Mereka mulai mengampanyekan perlindungan satwa liar di Pasar Motoling Minahasa Selatan secara mandiri, tanpa didampingi oleh mentor-mentor dari Yayasan Selamatkan Yaki Indonesia.
Mereka adalah Iman Tielung dari SMA Modoinding, Marcelino Pangemanana dari SMK Motoling, Carmelin Pelengkahu dari SMK 1 Tompaso baru dan Iin Soputan dari UNIMA. Keempat anak muda ini menelusuri lorong-lorong pasar Motoling membagikan Stiker dan menjelaskan tentang peran penting satwa liar bagi kehidupan manusia.
Tujuan kampanye mereka adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap dampak dari tingginya konsumsi daging satwa liar di Sulawesi Utara. Pasalnya, populasi satwa liar di Sulawesi Utara (Sulut) contohnya Yaki satwa endemic (tidak terdapat ditempat lain) sudah menurun sebanyak 80%. Dan berdasarkan pantauan di lapangan, ada ditemukan 1 ekor yang dijual di pasar Motoling.
Kampanya dalam bentuk sosialisasi langsung di pasar ini mendapatkan tanggapan yang beragam dari masyarakat. Menurut Mahasiswa UNIMA, Iin Soputan, ada masyarakat yang langsung mau menerima ada yang masih keras dengan pola konsumsi yang sudah terlanjur terbentuk.
“Cara mengatasinya adalah dengan pendekatan yang ringan namun memberikan pemahaman yang jelas. Saat kita di pasar ternyata sudah banyak masyarakat yang tahu tentang satwa liar dilindungi” jelas Iin.
Kedatangan mereka mendapat dukungan langsung dari aparat keamanan setempat serta pihak penanggungjawab pasar. Anak-anak muda ini dikawal. Tak hanya itu bahkan pihak keamanan pun menghimbau masyarakat agar tidak menjual satwa liar yang dilindungi sebagaimana ketentuan dalam UU No 5 Th 90. Melanggar UU ini akan mendapat denda Rp 100 juta serta kurungan selama 5 tahun.
“Kepolisian motoling juga menghimbau kepada masyarakat utnuk melaporkan jika ada yang kedapatan menjual satwa liar dilindungi,” ungkap Iin.
Sementara itu, mendekati bulan pengucapan syukur di Minahasa, Yunita Siwi selaku pimpinan Yayasan Selamatkan yaki Indonesia mengajak masyarakat utnuk mengucap syukur atas ciptaan Tuhan yang sudah dikaruniakan. Menurutnya, tidak mengkonsumsi satwa liar yang dilindungi merupakan satu bentuk syukur kepada sang Pencipta.
“Semua ciptaanNya adalah baik dan punya peran masing masing bagi manusia dan manusia tidak bisa hidup tanpa peran satwa liar ini khususnya di hutan, yang memberikan udara, air dan manfaat lainnya kepda Manusia,” pungkas Siwi.