Oleh: Greijuandy Liempepas S.Si
Sebagian masyarakat di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (SITARO) hingga kini masih mengandalkan air hujan untuk memenuhi kebutuhan air bersih seperti memasak, minum, mencuci, mandi dan lain sebagainya. Pasalnya distribusi air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) belum masuk ke sebagian wilayah di Kabupaten Kepulauan Sitaro.
Berdasarkan data dari PDAM Kabupaten Kepulauan Sitaro tentang presentase distribusi sumber air di Kabupaten Kepulauan Sitaro pada bulan Februari 2018 hanya 22,6%. Artinya, masyarakat yang terlayani oleh PDAM sebanyak 16.556 jiwa. Sisanya sebesar 77,4% atau sebanyak 56.660 jiwa menggunakan air sumur dan air hujan. Keterbatasan infrastruktur terutama medan yang sulit, menjadi kendala dalam upaya mendistribusikan air ke rumah-rumah penduduk.
Ketika musim hujan datang, biasanya masyarakat akan menampung air hujan yang dipanen dari atap rumah ke dalam suatu bak Penampungan Air Hujan (PAH). Namun jika musim kemarau melanda, masyarakat akan mengalami krisis air bersih sehingga harus mengeluarkan dana untuk membeli air bersih dari tanki mobil PDAM.
Bagi Masyarakat, air hujan sebagai salah satu alternatif sumber air bersih yang aman, namun tidak menutup kemungkinan bahwa masih terdapat resiko kesehatan yang mengancam. Kualitas air hujan sangat tergantung pada kondisi atas, operasi dan perawatan PAH. Selain itu, kualitas udara setempat juga mempengaruhi akan kualitas air hujan.
Bahaya kesehatan yang muncul jika air hujan telah terkontaminasi yaitu infeksi saluran pernapasan, infeksi kulit, diare dan lain sebagainya. Hal ini diakibatkan adanya bakteri pencemar yang terdapat dalam PAH tersebut.
Berdasarkan penelitian dari Bahar (1998) ditemukan 6 jenis spesies bakteri coliform (bakteri yang berasal dari kotoran) seperti Serratia marsecnes (37,8%), Pseudomonas aeriginosa dan Citrobacter (17,5%), Enterobacter hafnia dan Enterobacter aglomeraus (11,1%) dan Alkaligenes sp (5%). Selain itu, penelitian dari Evans CA, dkk ditemukan sekitar 1.362 koloni bakteri coliform persampel air hujan dan bakteri yang bersifat airbone (yang ditularkan lewat udara). Keberadaan bakteri ini menunjukkan tingkat sanitasi dan kualitas udara yang buruk.
Diharapkan kepada seluruh masyarakat Kabupaten Kepulauan Sitaro yang menggunakan PAH untuk tetap menjaga kebersihan atap rumah, dikarenakan air hujan yang bersentuhan langsung dengan atap rumah memiliki tingkat kontaminasi atau tercemar oleh bakteri coliform dan airbone yang lebih tinggi.
Pemerintah khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Sitaro sangat diharapkan bisa berperan dalam meminimalisir resiko kesehatan yang akan terjadi dengan cara melakukan monitoring pengecekkan kualitas air hujan sebagai sumber air bersih yang layak dikonsumsi oleh masyarakat yang sesuai dengan baku mutu air bersih yang berlaku. Selain itu, monitoring kualitas udara juga perlu diperhatikan dan sosialisasi mengenai sanitasi air dan lingkungan kepada masyarakat.
Semboyan Sitaro Hebat yang melekat di setiap spanduk promosi kabupaten kepulauan Sitaro memiliki arti tersendiri. Makna hebat di sini harus juga dibarengi dengan peran nyata, misal harus hebat dalam melakukan distribusi air bersih ke seluruh desa di Kabupaten Kepulauan Sitaro sehigga terciptanya keadilan sosial bagi seluruh masyrakat di Sitaro.
* Greijuandy Liempepas adalah Sarjana Bioteknologi di Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta. Lahir di Manado 13 Juli 1995. Email [email protected].
Editor: Rizali Posumah