bar-merah

Warga diajak peduli gizi anak-anak pengungsi

zonautara.com
(Foto: Dokumentasi Banua Peduli Pasigala)

PALU — Koordinator Banua Peduli Pasigala, Rusli Manopo, mengajak masyarakat membantu pemenuhan gizi untuk anak-anak yang kini hidup di tenda pengungsian. Bantuan tersebut bisa berupa makanan bergizi atau bahan makanan yang bisa diolah oleh keluarga para penyintas

“Bantuan makanan bergizi dibutuhkan agar anak-anak tidak mengkonsumsi mie instan terus-menerus,” kata Rusli kepada Kabar Sulteng Bangkit, Kamis (13/12/2018).

Rusli, mengatakan, mie instan menjadi makanan pokok di pengungsian karena tidak tersedia bahan makanan lain. Padahal, mengkonsumsi mie instan berlebihan beresiko besar terhadap kesehatan anak-anak dan mengganggu pertumbuhan mereka di masa akan datang.

Namun, agar gizi anak-anak terpenuhi, tidak cukup hanya dengan menunggu bantuan dari pemerintah. Sebab jumlah pengungsi mencapai puluhan ribu dan tersebar di banyak lokasi. Langkah yang paling cepat, kata dia, adalah masyarakat yang harus bergotong-royong.

Cara yang bisa dilakukan, kata dia, adalah dengan menyisihkan bahan makanan dari dapur keluarga. Lalu besama-sama dengan warga lain membagikannya ke pengungsi-pengungsi.

Menurut Rusli, komunitasnya sudah dua bulan bergerak dengan mengumpulkan bahan makanan bergizi dari masyarakat dan sejumlah instansi pemerintah, seperti telur, ikan, ayam, sayuran, pisang dan susu. Bahan-bahan itu kemudian dimasak oleh para relawan lalu dibagikan ke anak-anak korban bencana.

Namun Banua Peduli Pasigala selama ini masih memprioritaskan distribusi bantuan ke pengungsian-pengungsian yang belum terjangkau di Kabupaten Donggala dan Sigi.

Belum seluruh pengungsian bisa terjangkau karena mereka hanya punya 38 relawan dan bahan makanan yang terbatas. Secara rutin, komunitas Banoa Peduli Pasigala mendistribusikan makanan sehat setiap hari Sabtu.

“Kalau banyak komunitas yang mau terlibat, maka, bisa menjangkau lebih banyak anak-anak,” katanya.

Dewi Rana Amir, Direktur Perkumpulan Lingkar Belajar Untuk Perempuan (Libu Perempuan) Sulawesi Tengah, mengatakan, bantuan mie instan ke pengungsian seharusnya dihindari karena berdampak buruk pada kesehatan anak-anak.

Untuk mengurangi ketergantungan pada mie instan, Libu Perempuan bekerja sama dengan puskesmas untuk mendistribusikan makanan bayi yang berusia di bawah dua tahun.

“Kami pernah juga membagikan sayuran ke beberapa pengungsian,” kata dia.

Penulis: Ika Ningtyas



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com