Natal, marilah berdamai dengan alam

Ronny Adolof Buol
Penulis Ronny Adolof Buol



Seluruh umat Kristiani di dunia kini kembali merayakan Natal, sebagai ucapan syukur atas kelahiran Sang Pembawa Damai, Yesus Kristus.

Dialah sosok yang menjadi batu penjuru dalam menyebarkan ajaran Kasih ke semua mahluk. Yesus, sebagaimana kesederhanaan yang Dia praktikan selama hidupNya, tentu menginginkan hal yang sama dilakukan oleh umatNya. Tak terkecuali umat Kristiani di Indonesia.

Kesederhanaan atau kebersahajaan adalah sikap hidup yang menuntun kita kepada kebahagiaan nurani. Karena sesungguhnya yang kita butuhkan hanya sedikit dan tidak selalu berupa materi. Selebihnya untuk memberi dan memenuhi hak orang lain.

Kesederhanaan memiliki arti dan manfaat yang luar biasa sebagai energi kehidupan. Tidak mengambil lebih dari yang dibutuhkan dan menyisihkan yang lebih bagi yang membutuhkan.

Sikap ini juga harus dipraktikan bukan hanya bagi sesama manusia, tetapi juga bagi alam dan lingkungan tempat kita hidup. Mengeksploitasi alam secara berlebihan adalah sikap yang jauh dari ajaran Kasih Yesus.

Kita menutup tahun 2018 dengan duka yang menimpa sesama warga kita yang tinggal di sekitar Selat Sunda. Terjangan tsunami yang tidak terperikan sebelumnya sungguh membuat kaget.

Kembali alam menunjukkan misterinya yang sulit ditebak oleh manusia. Kita sudah menguasai teknologi hingga ke antariksa dan memetakan hampir semua sisi kehidupan di planet ini.

Tetapi alam selalu saja punya cara mengekspresikan kekuatannya. Alam selalu menuntut keseimbangan, yang ironinya keseimbangan itu selalu digerus oleh manusia, yang justru tinggal di dalamnya.

Sepanjang tahun 2018, ada sekitar 4200 bencana alam tercatat di Indonesia, dengan korban meninggal dan hilang sebanyak 2400 lebih. Beberapa diantaranya merenggut korban meninggal yang sangat besar. Gempa bumi dan tsunami di Palu salah satunya.

Tahun 2019 sebentar lagi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memprediksi, sepanjang tahun depan tanah air yang kita cintai bersama ini akan dilanda sekitar 2500 bencana. Ini angka yang besar.

Malapetaka yang diprediksi oleh BNPB itu didominasi oleh sebab hidrometeorologi atau faktor hujan. Kekeringan dan kebakaran adalah sebab lainnya. Sementara bencana seperti gempa bumi sungguh belum bisa diprediksi.

Alam tidak bisa disalahkan. Alam selalu mencari jalannya untuk bisa menyeimbangkan dirinya. Kitalah yang seharusnya menyadari, untuk selalu bijak memanfaatkan alam.

Kesederhanaan itu tadi kuncinya. Ajaran Kasih Yesus menginginkan kita umat manusia untuk tidak mengeksploitasi alam secara berlebihan. Pembukaan lahan yang tak terkendali, perusakan hutan, perburuan satwa liar, penambangan tak bertanggungjawab, pembuangan sampah sembarangan, hanyalah sebagian kecil dari sikap kita yang tak bijak dengan alam.

Sudah saatnya kita merenungkan, bahwa berdamai dengan alam adalah sikap hidup yang menjadi sebuah keharusan. Mari merayakan Natal dengan komitmen berdamai dengan alam.

Selamat merayakan Natal.



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
Follow:
Pemulung informasi dan penyuka fotografi
Leave a comment
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com