bar-merah

Diberi minum susu, bayi Yaki ini kehilangan induknya

zonautara.com
Seekor bayi Yaki sedang diberi minum susu oleh petugas PPS Tasikoki. (Foto: zonautara.com/Ronny Adolof Buol)

MINUT, ZONAUTARA.com – Seekor bayi yaki atau monyet hitam sulawesi (Macaca nigra) setiap hari harus diberi minum susu oleh petugas Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Tasikoki.

Bayi yaki itu sudah berada di klinik PPS Tasikoki sekitar tiga minggu lamanya.

Sebelumnya bayi Yaki itu diserahkan oleh pemiliknya kepada petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulut.

“BKSDA menitipkan bayi yaki ini di sini. Kami memberinya nama 1ONE (aiwan) itu, karena ini spesies yang direscue pertama di tahun 2019,” ujar Manejer PPS Tasikoki Billy Lolowang beberapa waktu lalu.

1ONE akan mendapat perawatan intensif sebelum digabungkan dengan yaki dewasa lainnya. Di PPS Tasikoki sendiri ada sekitar 80 ekor yaki yang sedang menjalani rehabilitasi.

Menurut keterangan pemiliknya ke petugas BKSDA Sulut, 1ONE diperolah dari keluarga mereka yang berada di Bolaang Mongondow.

Asal-usul 1ONE tidak jelas, namun yang pasti bayi yaki yang terlihat mengemaskan ini sudah kehilangan induknya.

“Kami akan memberikan dia asupan makanan sampai sekitar berusia empat bulan, hingga cukup kuat digabungkan dengan kelompok yang ada,” ujar dokter hewan PPS Tasikoki, drh Fahmi Agustiadi.

1ONE diperkirakan berusia sekitar dua bulan. Petugas PPS Tasikoki, Noldy secara khusus saban hari sebanyak empat kali harus memberi minum susu terhadap 1ONE.

“Susu yang diberikan adalah susu dengan formula khusus. Tujuannya agar dia tetap mendapat asupan gizi,” jelas Fahmi.

Noldy terlihat merawat 1ONE dengan sungguh-sungguh. Bayi yaki itu merasa nyaman saat berada dalam pelukan Noldy.

“Ini pertama kali bagi saya merawat bayi yaki,” kata Noldy yang sudah bekerja di PPS Tasikoki selama 14 tahun.

Terus diburu

Yaki, adalah salah satu satwa kunci Sulwesi Utara selain burung maleo (Macrocephalon maleo), babi rusa (Babyrousa babyrussa) dan anoa (Bubalus sp.).

Yaki masuk dalam daftar IUCN dengan status critically endangered, dan Apendix II CITES sebagai spesies terancam punah. Di Indonesia satwa liar endemik dilindungi dengan Undang-undang nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Populasi Yaki terancam punah karena habitatnya yang terus terdegradasi dan perburuan terhadap satwa unik ini.

Selain dianggap hama, perburuan terhadap Yaki dikarenakan dagingnya dikonsumsi. Sebagian orang Minahasa punya kebiasaan mengonsumsi daging satwa liar tak lazim seperti yaki, ular, biawak, kelelawar, kuskus dan sebagainya.

Yaki hidup di hutan-hutan primer secara berkelompok dan menjaga teritorinya untuk kelangsungan hidup anggota kelompok. Dalam kehidupan berkelompok itu, ada satu pimpinan kelompoknya.

Keberadaan yaki di alam penting untuk keseimbangan ekologis. Aktifitas yaki dapat menyebarkan biji tumbuhan dari buah yang dimakannya.

Di Sulawesi Utara, spesies ini terproteksi di wilayah konservasi Tangkoko, Bitung. Pengunjung Taman Wisata Alam Batu Putih, bisa menjumpai beberapa kelompok yaki yang turun mencari makan.

Populasi yaki diperkirakan saat ini kurang dari 100.000 ekor. Sebagian besar berada di wilayah yang tidak terproteksi dan menghadapi ancaman perburuan.

Jelang hari-hari raya besar, pasar tradisional di Tomohon, Minahasa dan Minahasa Selatan sering dijumpai daging yaki diperdagangkan.

Aktifis konservasi sering mengadakan kampanye penghentian kebiasaan konsumsi daging satwa liar yang dilindungi, untuk membantu kelangsungan hidup yaki.

zonautara.com
Bayi Yaki yang diberi nama 1ONE di PPS Tasikoki. (Foto: zonautara.com/Ronny Adolof Buol)

Salah satu dari kelompok itu adalah Yayasan Selamatkan Yaki, yang pada Desember lalu menjelang Natal melakukan kampanye di Pasar Tomohon.

Beberapa kasus perburuan terhadap Yaki sudah ditangani oleh BKSDA Sulut. Tetapi penegakan hukum dari kasus-kasus itu masih lemah.

“Masyarakat harus juga dilibatkan, agar tahu tentang pentingnya satwa endemik bagi keanekaragamanhayati. Ini adalah kekayaan daerah mereka,” ujar aktifis konservasi Simon Purser.

Editor: Ronny Adolof Buol



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com