MINAHASA, ZONAUTARA.com – Hanny Siwi, warga Langowan menyelamatkan seekor Tarsius yang terluka. Itu dilakukannya pada Rabu (30/1/2019), sewaktu dia mengunjungi Desa Karor, Kecamatan Kakas, Minahasa.
Hanny kaget saat melihat Tarsius itu dibawa seekor anjing dengan cara menggigitnya. Dia menduga, satwa kecil itu terjatuh dari pohon karena kaki belakangnya tidak bergerak.
Selain kaki belakang yang bermasalah, dari hidung hewan unik itu keluar darah. Hanny pun mencoba menyelamatkan Tarsius itu.
“Saya tahu bahwa ini satwa yang dilindungi, jadi saya dan teman saya John Wotulo langsung berinisiatif menyelamatkannya. Kami bawa pulang ke rumah lalu menghubungi pihak yang kami tahu menangani soal satwa dilindungi,” ujar Hanny.
Selama di rumah, Tarsius itu mereka tempatkan di tempat yang gelap karena tahu bahwa hewan itu adalah hewan yang aktif pada malam hari.
“Kami juga menghindarkannya dari keributan agar dia tidak stress. Saya kasihan melihat Tarsius yang terluka itu,” kata Hanny.
Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Tasikoki yang dihubungi pun kemudian merescue Tarsius yang terluka itu, Kamis (31/1).
Billy Lolowang, manager PPS Tasikoki menjelaskan bahwa Tarsius akan direhabilitasi di PPS Tasikoki sebelum dikembalikan ke habitat aslinya.
Tarsius merupakan primata unik dan menjadi satwa ikon Sulawesi Utara. Beberapa jenis Tarsius, merupakan endemik di Sulawesi Utara, seperti Tarsius spectrum di daratan Sulawesi dan Tarsius tumpara di pulau Siau.
Tarsius merupakan hewan nocturnal yang aktif mencari makan di malam hari berupa serangga kecil seperti belalang. Siang hari Tarsius yang hidup berpasangan dan merawat anaknya itu beristirahat di ranting-ranting pohon.
Beberapa pihak memelihara Tarsius untuk dipertontonkan kepada khalayak umum, seperti di kebun binatang mini di Tandurusa, Bitung, tanpa menyadari bahwa primata terkecil itu tersiksa saat dipaksa ditonton pengunjung pada siang hari.
Editor: Ronny Adolof Buol
Discussion about this post