MELONGUANE, ZONAUTARA.com – Bagi penyuka adventure sports, mendaki gunung Piapi bisa jadi pilihan medan yang mengasyikkan. Dengan ketinggian mencapai kurang-lebih 864 meter dari permukaan laut, gunung Piapi menyajikan tantangan track dakian yang terjal dan turunan yang curam.
Gunung Piapi berada di Kecamatan Pulutan, Kabupaten Kepulauan Talaud. Tempat yang hingga kini masih dianggap sakral oleh masyarakat yang tinggal di sekitarnya ini memiliki beberapa objek wisata budaya.
Penasaran dengan keberadaannya, Zona Utara pun membentuk tim pendakian yang anggotanya antara lain, Aktris Gedoan, Agustinus Maatuil, Suradny Maparipe, Noldy Tinggal, Efraim Majore, Jefferson Lahope, Rahadih Gedoan, Albry Patilima, dan Vicking Kaligis.
Pilipus Gumolung, tokoh adat setempat, turut memberi restu pada pendakian kami.
“Itu tempat para leluhur. Tidak perlu takut. Asal saja jangan buat hal yang tidak terpuji,” ujarnya.
Perjalanan dimulai dari starting point pendakian di Melam, Jumat (28/12/2018). Perjalanan menuju Melam ditempuh dengan kendaraan roda empat sekitar 5 menit. Hawa sejuk gunung menyambar wajah kami setiba di tempat itu.
Cuaca cerah kala itu juga seakan memberi restu. Padahal sebelumnya, selama beberapa hari berturut-turut, cuaca sedang memburuk. Hujan deras selalu mengamuk yang disertai angin kencang.
Melam memiliki kisah panjang tentang seekor ular naga besar asal Cina yang tewas di tangan penghuni Piapi. Bangkai ular naga itu hingga kini jadi batu dan dikenal dengan sebutan Puang Katoan. Empedunya pecah dan membentuk genangan air yang tak pernah kering, yang kini dikenal dengan sebutan Melam.
Track pendakian sulit dihadapi dalam satu jam pertama. Selain jalan terjal yang seringkali harus dilakukan dengan merayap empat kaki, rintangan semak belukar turut menyulitkan pendakian. Dengan tubuh basah oleh peluh, kami tiba di Pananasaranna.
Tempat ini merupakan tempat tinggal Manatta dan Dalorosa. Pasangan inilah yang berhasil membunuh ular naga yang kini membatu di kaki gunung Piapi. Tempat tinggal suami-istri tersebut ditandai hutan yang tak terlalu besar. Telah tiga kali kebakaran melanda Piapi, Pananasaranna tidak turut terbakar.
Seusai beristirahat sejenak, perjalanan dilanjutkan. Padi Piapi kian banyak ditemukan tumbuh subur di tanah berbatu. Padi ini selalu tumbuh meski Piapi beberapa kali mendapat musibah kebakaran.
Sampai di puncak, terbayarlah sudah segala usaha pendakian. Pemandangan hamparan laut yang luas nan indah dan angin yang kencang menghapus semua lelah.
Di puncak ini terdapat tiga Batu Buaya, tempat orang-orang tertentu mendapatkan kekuatan mistis.
Di jalur turun yang sangat curam dan sangat menguras sisa tenaga, akan melalui Ngara Pitu (tujuh pintu). Tempat itu sempat menjadi pertahanan ketika sang ular naga mengamuk.
Pada 30 menit kemudian bisa tiba di tempat yang bernama Tanah Merah. Tak jauh dari lokasi ini terdapat air terjun bidadari. Para pendaki biasanya suka singgah membasuh diri di situ.
Perjalanan pulang dari Tanah Merah menuju Pulutan bisa memakan waktu satu jam. Tenaga yang kian habis sangat memperlambat tempo perjalanan untuk sampai di kampung Pulutan.
Jefferson yang merupakan seorang anggota pencinta alam di sebuah perguruan tinggi di Kota Manado sempat mengungkapkan rasa herannya.
“Heran. Gunung yang tidak tinggi itu tidak disanggah sangat menguras tenaga,” kata Jefferson sesaat tiba di Pulutan.
Pulutan, setelah pemekaran dibagi jadi tiga kampung, yaitu Pulutan Utara, Pulutan, dan Pulutan Selatan. Berdasarkan data kantor Kecamatan Pulutan, populasi penduduk tahun 2018 di Pulutan Utara sebanyak 420 jiwa, Pulutan sebanyak 618 jiwa, dan Pulutan Selatan sebanyak 424 jiwa.
Editor: Rahadih Gedoan