bar-merah

Ojek lintas batas, angkut warga dua negara, berpenghasilan hingga Rp 1 juta

Andi Irwan, tukang ojek lintas batas di perbatasan RI-PNG sedang menunggu penumpangnya. (Foto: Zonautara.com/Ronny A. Buol)

MUARA TAMI, ZONAUTARA.com – Saban hari ratusan pelintas batas dari Indonesia dan Papua New Guinea (PNG) melintasi Pos Lintas Batas yang ada di Skouw, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura.

Para pelintas batas ini umumnya adalah pelintas batas tradisional yang tidak memerlukan paspor, karena hanya bepergian di sekitar Pos Lintas Batas.

Seperti warga negara PNG yang hanya pergi ke wilayah Indonesia untuk berbelanja di Pasar Tradisional Skouw yang masih berada di komplek Pos Lintas Batas.

Demikian pula warga negara Indonesia yang berpergian ke PNG hanya untuk melihat pemandangan indah perkampungan Wutong di perbatasan PNG.

Jika pelintas batas akan bepergian lebih jauh, maka mereka harus punya paspor dan mengurus dokumen resmi.

Dari Pos Pemeriksaan yang dibangun TNI menuju ke pintu keluar dan ke zona netral, jaraknya lumayan jauh untuk jalan kaki. Pemerintah Indonesia telah membangun komplek pos lintas batas dengan bangunan modern pada tahun 2017.

Jarak yang lumayan itu dimanfaatkan oleh warga Papua yang tinggal di Skouw menawarkan jasa angkut ojek dengan sepeda motor.

Terdapat sekitar seratusan tukang ojek lintas batas yang sudah dicatat oleh petugas, sehingga mereka tak perlu lagi meninggalkan tanda pengenal setiap kali melintasi perbatasan.

Ojek lintas batas melintasi fasilitas di Pos Lintas Batas yang dibangun Pemerintah Indonesia. (Foto: zonautara.com/Ronny A. Buol)

Para tukang ojek lintas batas ini harus menggunakan tanda pengenal khusus. Beberapa mengenakan kaos berwarna hijau dan di punggungnya tertulis ‘Ojek Lintas Batas’.

Beberapa lainnya mengenakan koas yang disematkan bendera kedua negara. Mereka semua dikenal oleh petugas penjaga keamanan di sana, sebagaimana yang diakui Andi Irwan, salah satu pengojek lintas batas.

“Saban hari angkut penumpang. Lumayan dapatnya, dulu bisa dapat satu juta rupiah dalam sehari. Sekarang sudah banyak tukang ojek, jadi sehari sekitar tiga ratus ribu rupiah,” jelas Andi kepada Zonautara.com yang mengunjungi perbatasan RI – PNG pada Sabtu (3/8/2019).

Tarif yang dikenakan untuk sekali jalan sebesar Rp10.000 atau 2 Kina dalam mata uang PNG.

“Mereka bisa bayar dalam rupiah atau kina, terserah,” jelas Andi.

Di pos pemeriksaan para tukang ojek ini wajib berhenti agar penumpang yang diangkutnya dapat melapor ke anggota TNI yang berjaga di sana.

Editor: Ronny Adolof Buol



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com