MANADO, ZONAUTARA.com – Salah satu kawasan sangat penting di Indonesia sebagai pusat keanekaragaman hayati adalah Sulawesi (Myers et al. 2000, Wilson et al. 2006).
Posisi geografis berkontribusi terhadap tingginya jumlah spesies mamalia endemik (Whitten et al. 1987, Groves 2001, Cannon et al).
Sulawesi pun memiliki keunikan spesial yang tidak terdapat di belahan lain di dunia. Alhasil, pulau Sulawesi telah diakui sebagai daerah prioritas tinggi untuk konservasi mamalia (Carwardine et al. 2008, Catullo et al. 2008, Wilson et al. 2016).
Sayangnya, pusat keanekaragaman hayati ini mengalami penurunan populasi dari satwa liar dilindungi pada 40 tahun terkhir ini.
Ancaman yang terjadi dari penurunan ini adalah karena pembukaan lahan dan perburuan yang disertai dengan perdagangan untuk dikonsumsi.
Untuk mengatasi ini, upaya mitigasi pun mulai diseriusi dan digodok oleh pihak-pihak terkait.
Salah satunya melalui Lokakarya Mitigasi stategi perdagangan satwa liar dilindungi yang akan digelar di Hotel Sintesa Peninsula Manado, Kamis (30/1/2020).
“Tujuan dari acara ini adalah untuk menyusun strategi dalam rangka menurunkan angka perdagangan illegal satwa liar dilindungi,” ujar perwakilan Wildlife Trade Mitigation Strategy (WTMS), sebagaimana rilis yang diterima Zona Utara, Rabu (29/).
Acara yang difasilitasi oleh Dinas Kehutanan Provinsi Sulut bekerja sama dengan LSM Yayasan Selamatkan Yaki Indonesia dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulut, instansi pemerintah daerah se-Sulut, stakeholder terkait seperti LSM Lokal, Gereja dan Komunitas pemerhati Satwa Liar di Sulut, serta Duta Yaki Indonesia Khouni Lomban Rawung.
Kolaborasi bersama menyusun strategi ini disebut sangat penting dan untuk menjaga keanekaragaman hayati Sulut agar tidak menu kepunahan.
Strategi yang akan disusun ini diharapkan akan mencegah kepunahan satwa akibat dari perdagangan ilegal untuk dikonsumsi, sehingga keseimbangan alam Sulut terjaga, jauh dari bencana akibat kerusakan alam.
Editor : Christo Senduk