ZONAUTARA.COM – Orang Indonesia gemar makan mi instan. Dimana-mana ada mi istan, bahkan di meja makan orang kaya sekalipun. Tiap ada bencana, bantuan makanan yang paling lebih dulu tiba adalah mi instan.
Kepraktisan mengolahnya menjadi salah satu faktor yang membuat mi instan sangat populer. Bahkan kerap orang memakannya tanpa perlu mengolahnya lebih dulu.
World Instant Noodles Association (WINA), dalam sajian datanya menyebut, konsumsi total mi instan secara global pada tahun 2019 sebanyak 106,42 miliar porsi atau rata-rata 290 juta porsi setiap hari.
Tahukah anda, bahwa Indonesia berada di peringkat kedua dalam daftar negara pelahap mi instan tersebut? Nomor wahid adalah Cina dengan 41,5 miliar bungkus per tahun.
Indonesia dalam lima tahun sejak 2015 selalu menguntit Cina. Pada 2018, orang Indonesia melahap mi instan sebanyak 12,54 miliar bungkus dan pada 2019 sebanyak 12,52 miliar bungkus.
Setelah Indonesia, berturut-turut ada India, Jepang, Vietnam dan Amerika. Di India yang punya penduduk sebanyak 1,2 miliar jiwa itu (2015) melahap 6,7 miliar bungkus mi instan, hanya setengah dari konsumsi 267 juta penduduk Indonesia.
Dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik 2019, masyarakat Indonesia dengan pengeluaran dibawah Rp 2 juta sebulan, melahap sekitar 7 hingga 10 bungkus mi instan setiap bulannya. Sementara masyarakat dengan penghasilan Rp 5-10 juta, mengonsumsi mi instan 19 bungkus per bulan.
Berdasarkan survei itu, masyarakat di Sulawesi melahap 16 bungkus mi instan dalam sebulan, terbesar pada kelompok masyarakat dengan penghasilan lebih besar dari Rp 10 juta per bulan.
Selain tukang makan mi instan, Indonesia juga dikenal sebagai eksportir mi instan ternama. Dalam lima tahun terakhir, ekspor mi instan Indonesia terus tumbuh.
Pada 2019, Indonesia mengapalkan mi instan senilai USD255,6 juta, naik signifikan dari angka ekspor pada 2017 senilai USD215,8 juta.
Sudahkah anda makan mi instan minggu ini? Saya sudah, tiga bungkus.
Editor: Ronny Adolof Buol