GORONTALO, ZONAUTARA.com – Ikan nike merupakan makhluk unik dan khas di Gorontalo. Di balik lezatnya santapan ikan tersebut ternyata ada kisah menariknya.
Cerita orang tua dulu menganggap ikan ini bentuk awalnya menyerupai gumpalan berwarna merah darah. Ikan ini hanyut dari hulu Sungai Bone dan Sungai Bolango hingga sampai ke muara.
Ketika tiba di antara sungai dan Teluk Tomini, gumpalan itu pecah hingga menjadi ikan nike, ikan yang bentuknya sangat kecil.
Jika sedang musim ikan nike atau orang Gorontalo lazim menyebutnya duwo, menjadi pemandangan yang unik. Di hampir sepanjang jalan di Kelurahan Leato Utara menjadi ramai oleh deretan lapak warga yang berjualan ikan nike.
Satu di antaranya adalah Dandi Wardju. Ia bersama sang istri, Siti Sarifatun Aini, mengaku sudah sekitar 10 tahun berjualan ikan nike. Malah kebiasaan berjualan ini telah diwarisi dari orang tua mereka.
Kemunculan ikan berukuran 2 hingga 4 sentimeter itu, kata Dandi, tidak setiap saat dan hanya waktu-waktu tertentu saja. Kata Dandi, tanda kemunculan ikan ini berawal dari adanya ikan besar hasil tangkapan nelayan setempat.
“Ikan nike biasanya jadi mangsa ikan-ikan besar. Jika dalam perut ikan hasil tangkapan sudah ada ikan nike, maka pertanda musimnya sudah tidak lama lagi,” ucap Dandi.
Nelayan setempat juga, imbuhnya, mengenal ikan nike ada dua macam. Ikan nike baru yang ditangkap di laut dan yang ditangkap di sungai atau nelayan setempat menyebutnya duwo panggola. Dari ciri-ciri fisik, ikan Nike yang ditangkap dari laut badannya lebih putih. Sedangkan duwo panggola warna badannya agak kehitam-hitaman dan baunya lebih amis.
“Duwo panggola adalah gumpalan ikan nike yang pecah di sungai. Teksturnya badanya lebih keras. Sehingga lebih tahan lama. Sebaliknya kalau gumpalan Nike yang pecah di laut, teksturnya agak lembek dan tidak tahan lama. Jika tidak habis terjual, maka kami menyimpannya dengan cara menaruh bubuk garam terlebih dahulu. Jadi masih bisa dijual lagi karena teksturnya jadi lebih putih dan keras,” kata Dandi.
Menurutnya, nelayan sekitar tempat tinggalnya biasanya menangkap ikan nike di sekitaran Pantai Leato di Kecamatan Dumbo Raya, pantai Tanjung Kramat di Kota Gorontalo, perairan di sekitar Bongo, Kabupaten Gorontalo, pantai Botubarani Kabupaten Bone Bolango. Kemunculannya bahkan ada yang sampai di perairan Bolaang Mongondouw Selatan (Bolsel), Sulawesi Utara.
“Pada musim kali ini nike hasil tangkapan nelayan di sini ukurannya sekitar 2 sentimeter. Sementara yang di Bolsel ukurannya lebih besar. Biasanya ukuran lebih besar itu yang pertama dibawa arus sungai. Dia tidak pecah di sekitar sini, melainkan terbawa arus laut hingga ke Bolsel. Sebaliknya jika di sini ukurannya besar-besar, maka di daerah lain ukurannya lebih kecil, jumlahnya sedikit, bahkan tidak ada,” jelas Dandi.
Oleh warga yang tinggal jauh dari laut dan pantai, kedatangan musim nike juga bisa diketahui dari pedagang keliling. Seperti penuturan Marlina Kasim. Warga yang berdomisili di kaki Bukit Arang, tepatnya di Desa Lonuo, Kecamatan Tilongkabila, Kabupaten Bone Bolango ini mengaku mengetahui musim nike dari pedagang keliling atau warga sekitar menyebutnya Bambua.
“Tahu kalau musim nike itu tiba dari suara terompet yang ditiup Bambua. Kadang masih petang, kadang juga tengah malam bahkan hingga dini hari. Itu menandakan ada nike baru,” ujar Marlina.
Marlina mengaku, ikan yang oleh Kementerian Hukum dan HAM RI diakui sebagai Hak Kekayaan Intelektual Komunal dari Provinsi Gorontalo ini, dapat diolah menjadi berbagai santapan lezat, mulai dari perkedel, pepes nike bakar, hingga ditumis.