Dokter Berkatnu meninggal karena corona, ditolak warga, ayahnya meninggal 2 bulan kemudian

Redaksi ZU
Penulis Redaksi ZU



ZONAUTARA.com – Ini lagi kisah salah satu dokter di garda terdepan melawan covid-19 yang meninggal karena positif tertular SARS-CoV-2 penyebab covid-19.

Namanya dr. Berkatnu Indrawan Janguk. Dokter yang masih berusia 28 tahun ini meninggal dunia pada 27 April 2020. Dia meninggal di rumah sakit tempatnya bekerja selama ini, RS Soewandhi Surabaya.

Berkatnu diduga tertular dari salah satu pasien yang dirawatnya di RS Soewandhi Surabaya. Dia sempat dirawat selama tiga minggu sebelum akhirnya meninggal.

Jenazah Berkatnu yang memang bercita-cita menjadi dokter sejak kecil ini dikuburkan dengan protokol covid-19. Dua bulan kemudian, tepatnya pada 2 Juni, ayahnya Suriawan Pribandi menyusul sang putra.

Dokter muda ini dikenal teman-temannya sebagai sosok baik hati dan gemar menolong.

“Ketika masa orientasi dan harus mengumpulkan beberapa barang, meski sudah malam dan dia sendiri belum mendapatkan semua barang, tetapi mau membantu teman. Dia sangat peduli pada masalah temannya,” sebut dr Christo, salah satu di Fakultas Kedokteran Umum Universitas Wijaya Kusuma, Surabaya.

Sifatnya yang baik hati dan setia kawan membuat banyak orang menyayanginya. Ketika masih kuliah, Berkatnu Indrawan juga aktif di kegiatan keagamaan di kampusnya dan menjadi pembimbing bagi adik-adik angkatan.

dr Berkatnu Indrawan juga dikenal sebagai dokter yang sangat berdedikasi, seperti disampaikan sejawatnya, dr Angel SpEm. Berkatnu juga dikenal rela memberikan gajinya kepada pasien yang tidak mampu.

Namun, saat dia dinyatakan positif COVID-19 dan dirawat, keluarganya sempat mengalami penolakan dari warga sekitar. Bahkan, atas desakan warga, Ketua RT kemudian meminta keluarga Berkatnu pergi. Keluarga ini akhirnya dievakuasi dengan ambulan dan ditempatkan di Asrama BPSDM Provinsi Jawa Timur.

Bahkan, setelah Ibu Berkatnu dan saudaranya akhirnya dinyatakan negatif, mereka juga belum bisa kembali ke rumah sendiri. Mereka terpaksa harus menjalani isolasi mandiri di rumah kosong milik salah satu saudara mereka. Saudara dr Berkatnu Andika dan ibu Berkatnu Inriaty menjalani isolasi mandiri sampai tanggal 23 Juli.

Di laman laporcovid19.org, beberapa sahabatnya memberi kesan terhadap Berkatnu. Salah satunya adalah dr. Yudis Wira Pratama, yang menulis begini, “Dokter indra ( panggilan untuk dr. Berkatnu ) sudah saya anggap sebagai adik kami dan keluarga besar kami di RS tempat kamj bekerja, beliau orangnya suka menolong. Kenangan yg tetap saya ingat sampai dengan saat ini adalah dia membantu saya dalam pengerjaan tugas Latsar Cpns saya dan akhirnya mendapat juara 2 terbaik dalam Angkatan Latsar saya,”Tugasmu sudah selesai ndra, tugasmu akan kami lanjutkan ndra…””Kami akui kamu yg terbaik ndra…”

Sementera Chris W, meninggalkan kesan, “Teman, kakak dan mentor terbaik. Hidup nya penuh dengan pelayanan terhadap Tuhan. Rela berkorban terhadap teman2nya. Pada pasien2 yang tidak mampu sering di bayar biaya pengobatan tanpa pasien nya tau. Kak indra sudah mencapai garis akhir dan menyelesaikan pertandingan iman. See you again”

Para pejuang virus corona yang berada di garis terdepan berjuang melawan pandemi ini semakin banyak yang gugur. Sudah selayaknya kita memberi penghormatan kepada mereka.



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
Leave a comment
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com