bar-merah

Yenni Gani, guru yang sudah tujuh bulan pakai masker dan bawa hand sanitizer saat mengajar

Yenni Yuliharti Gani, guru di SMP Negeri 4 Kotamobagu, selalu mengingatkan kepada siswa supaya selalu menerapkan protokol kesehatan.(Image: kroniktotabuan.com/Rensa Bambuena)

KOTAMOBAGU, ZONAUTARA.com – Pandemi Covid-19 sudah melanda Indonesia sekira tujuh bulan. Selama itu pula proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di Kotamobagu dilakukan secara dalam jaringan (daring) atau online dan luar jaringan (luring) atau kunjungan ke rumah siswa.

Banyak cerita dan hal baru dialami para guru dan siswa selama proses KBM tidak dilakukan secara tatap muka langsung di ruang kelas.
Seperti diungkapkan Yenni Yuliharti Gani, guru mata pelajaran kesenian yang masih berstatus Tenaga Harian Lepas di SMP Negeri 4 Kotamobagu.

Dia mengungkapkan, selama pandemi Covid-19, dia harus menerapkan dua metode pembelajaran untuk siswanya.

“Siswa yang punya smartphone serta jaringan internet bagus, proses pembelajaran melalui daring. Tapi siswa yang tinggal di desa dengan jaringan tidak bagus atau tidak memiliki smartphone harus dilakukan luring,” ucap Yenni, Rabu (21/10/2020).

Untuk pembelajaran melalui daring, Yenni memanfaatkan beberapa aplikasi untuk bisa bertatap muka dengan siswanya, seperti Zoom, panggilan video WhatsApp, serta Google Class Room. Sedangkan untuk siswa yang akan dikunjungi, dia sudah menyiapkan materi yang tinggal dibagikan dan diterangkan saat di rumah.

“Mengingat waktu yang terbatas dan beberapa siswa harus dikunjungi dalam sehari, maka materinya sudah harus saya siapkan malam hari. Sampai di rumah siswa tinggal penjelasan materi, kemudian ditinggalkan tugas. Kurang lebih seperti itu selama pandemi ini,” ujarnya.

Guru berhijab alumni Universitas Kristen Indonesia Tomohon ini menambahkan, selama pandemi Covid-19 masker tak pernah lepas dari wajahnya saat daring maupun luring. Hand sanitizer juga sudah menjadi barang wajib dibawanya ke mana saja.

“Sebagai guru, saya juga selalu mengingatkan kepada siswa supaya selalu menerapkan protokol kesehatan. Orang tua siswa yang saya temui saat luring juga demikian. Saya ingatkan. Karena memutus rantai penyebaran Covid-19 ini menjadi tanggung jawab kita bersama,” katanya.

Soal proses KBM yang sampai hari ini masih dilakukan daring dan luring, dia menambahkan, rata-rata siswa dan orang tua yang ditemuinya berharap KBM sudah bisa tatap muka langsung.

“Semoga pandemi segera berakhir supaya bisa tatap muka langsung dengan semua siswa di sekolah. Karena memang saya sendiri juga mengakui kalau metode daring atau luring tidak sebaik tatap muka,” kata dia.

Penulis: Rensa Bambuena/ kroniktotabuan.com



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com