ZONAUTARA.com – Jumlah warga Sulawesi Utara (Sulut) yang tidak percaya keberadaan Covid-19 ternyata terbilang tinggi, yakni sebesar 27 persen. Jumlah yang diperoleh berdasarkan hasil survei nasional tersebut relatif menimbulkan masalah baru di tengah masyarakat karena cenderung mengabaikan pentingnya penerapan protokol kesehatan saat sedang berada di luar rumah.
Walikota Manado Godbless Sofcar Vicky Lumentut turut menyorotinya pada Rapat Koordinasi Lintas Sektoral yang digelar Polresta Manado di House of CapTikus Bahu Mall Manado, Sabtu (24/10/2020). Menurutnya, jumlah survey ini lebih tinggi dibandingkan pada tingkat nasional yang hanya 17 persen.
“27 persen yang tidak percaya dengan adanya Covid-19 ini, termasuk di Manado,” kata Waliota Manado.
Berdasarkan sebuah survei sederhana yang dilakukan Zona Utara, masyarakat Sulut yang tidak percaya keberadaan Covid-19 diakibatkan minimnya informasi yang disajikan pihak manajemen fasilitas kesehatan terhadap seseorang yang terpapar Covid-19.
Marsel Kolong, warga Kelurahan Tikala Kumaraka, Kota Manado, misalnya. Ia mulai meragukan kebenaran Covid-19 sejak seorang temannya mendapat status suspek, tapi justru tetap sehat dan tidak dalam keadaan sedang sakit.
“Teman itu juga tidak meninggal. Sejak saat itu saya tidak percaya Covid-19, yang hanya menyusahkan seseorang karena pada akhirnya orang itu dikucil di lingkungan tempat tinggalnya,” kata Marsel, Minggu (25/10/2020).
Mengenai hal ini, Zona Utara sebagai media yang turut serta dalam perang terhadap pandemi ini telah mengonfirmasikan kepada Juru Bicara Percepatan Penanganan Covid-19 Sulut Steaven Dandel. Kesimpulan yang diperoleh justru sangat ilmiah, di mana data medis tidak bisa direkayasa.
Hasil foto thorax sebagai metode yang paling cepat untuk mengetahui gejala pneumonia – gejala berat Covid-19 – dapat dijadikan dasar tindakan medis selanjutnya. Dokter jelas merupakan profesi yang profesionalitasnya tidak tercipta dalam satu-dua malam saja. Mereka bertindak sesuai dengan keilmuan dan bukan hasil perasaan.
Beruntungnya, 75 persen warga Sulut percaya Covid-19 yang kini telah menjadi pandemi yang harus tetap diwaspadai penularannya. Baik sekolah maupun tempat peribadatan seperti masjid dan gereja berupaya keras untuk menerapkan protokol kesehatan sebagai cara memutuskan mata rantai menyebaran Covid-19 di Bumi Nyiur Melambai.
Cara terbaik mengantisipasinya adalah dengan menerapkan 3 M, yaitu menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak. Bila Covid-19 tidak dilawan bersama-sama sejak sekarang, seluruh sendi kehidupan akan ikut terdampak.
Denyut perekonomian bangsa akan terdampak dengan spektrum yang lebih luas. Itu berarti juga ekonomi setiap individu turut terganggu. Pada akhirnya, jurang kemiskinan menganga lebar di seluruh negeri.
Mari perangi Covid-19 dengan menerapkan 3 M. Cara itu satu-satunya yang paling efektif. Setidaknya hingga akhir Oktober 2020 ini.(*)