MANADO, ZONAUTARA.com – Jasa angkutan transportasi minibus penumpang, Paris 88 Taxi Service ternyata tetap menerapkan protokol kesehatan seperti yang dianjurkan oleh pemerintah.
Protokol kesehatan yang dimaksud adalah mengurangi jumlah penumpang dalam satu mobil dengan alasan menjaga jarak. Kemudian seluruh penumpang juga diwajibkan untuk tetap menggunakan masker selama dalam perjalanan.
Perusahaan transportasi asal Kota Kotamobagu yang telah 20 tahun lebih melayani rute Kotamobagu – Manado dan sekitarnya ini bahkan telah menerapkan protokol kesehatan ini sejak awal pandemi Covid-19 yaitu dengan mengurangi seat yang biasanya tujuh penumpang menjadi lima penumpang.
“Kami kosongkan seat bagian tengah agar sesama penumpang bisa menjaga jarak di dalam mobil. Mengurangi seat juga berlaku untuk mobil jenis bus sedang milik kami,” ujar Sunny Wijoyo, pemilik Paris 88 Taxi Service yang dikonfirmasi Jumat (30/10/2020).
Pria yang akrab disapa Ko Sunny ini mengatakan, memang ada konsekuensi dari pengurangan seat yaitu kenaikan tarif. Tapi itu dilakukan untuk menyesuaikan dengan biaya operasional.
Tarif yang diberlakukan adalah Rp80 ribu untuk seat paling belakang, Rp85 ribu pada seat tengah dan Rp90 ribu di kursi depan yang berdampingan dengan sopir dengan total sekali jalan Rp585 ribu. Namun setelah Covid-19, tarif naik menjadi Rp110 ribu dengan total Rp550 ribu.
“Harga ini sudah melalui perhitungan dengan pangkalan lain. Memang pendapatan agak berkurang, tapi kami juga tidak ingin memberatkan kepada calon penumpang dengan kenaikan tarif di masa pandemi Covid-19 ini,” terang Ko Sunny.
Ade Nanan, calon penumpang Paris 88 Taxi Service yang ditemui di pangkalan mengatakan tidak mempermasalahkan kenaikan tarif.
“Itu biasa, yang penting kendaraan ada karena saya sering bolak-balik Manado-Kotamobagu,” ujar warga Desa Tabang, Kecamatan Kotamobagu Selatan, Kota Kotamobagu ini.
Dia pun merasa nyaman menggunakan jasa Paris 88 Taxi Service yang masih tetap mengedepankan protokol kesehatan Covid-19 yaitu mengurangi seat untuk menjaga jarak dalam mobil.
Ia menceritakan pernah naik taksi gelap karena tidak ada mobil lagi di pangkalan karena sudah malam. Saat itu seluruh seat terisi penuh sehingga harus duduk berhimpitan dengan penumpang lainnya dengan tarif lebih mahal dari harga pangkalan.
“Bayangkan kalau ada penumpang yang positif corona, pasti saya juga bisa ikutan positif karena duduk tidak berjarak lagi,” tandas Nanan.
Penulis: Asrar Yusuf