ZONAUTARA.com – Dampak pandemi Covid-19 yang kini masi terus menghantam dunia, sangat terasa dalam sektor Pariwisata sehingga sempat merasakan keterpurukan akibat ditutupnya hotel, tempat wisata, sampai akses di bandara.
Namun, memasuki bulan kedelapan pandemi Covid-19, Indonesia mulai kembali bersiap untuk pemulihan ekonomi yang sebelumnya lesu akibat hantaman virus corona. Sektor pariwisata Sulawesi Utara (Sulut) pun siap dibangkitkan kembali untuk hadapi tatanan hidup new normal.
Sulut yang dikenal dengan keindahan alamnya, di antaranya eksotisme Desa Lihunu, Kecamatan Likupang Timur, Kabupaten Minahasa Utara, yang dapat membuat pengunjung enggan pulang. Lihunu merupakan desa yang sudah siap menerima kunjungan wisatawan meski di tengah pandemi.
Desa Lihunu terletak di Pulau Bangka, sebuah pulau yang sering jadi tujuan para pelancong. Masyarakat Lihunu dengan riasan senyum lebar di wajah mereka menyambut tamu yang bertandang di desa yang kaya akan hasil laut ini.
“Masyarakat Lihunu sudah tidak takut lagi menerima kunjungan wisatawan, yang terpenting wisatawan bisa menerapkan protokol kesehatan,” ungkap Kepala Desa Lihun Jody Umboh, Selasa (17/11/2020).
Desa Lihunu menawarkan kebudayaan sebagai salah satu daya tarik wisata. Masyarakat yang terbagi di 5 jaga ini menampilkan keterampilan mereka saat menari dan menyanyi.
Tari-tarian seperti tari Gunde, Cakalele, Ampa Wayer, dan Masamper gesit dimainkan mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Ini semua hiburan tersendiri bagi wisatawan.
Selain menawarkan kebudayaan, Lihunu juga punya daya tarik seperti laut dan bukit.
“Pulau yang punya banyak potensi untuk dieksplorasi ini membuat kami optimis membuka pintu masuk desa bagi para pengunjung,” jelas Jody.
Punya paket wisata yang komplit, Desa Lihunu pun sudah mempersiapkan protokol kesehatan, seperti pemeriksaan suhu tubuh, tempat cuci tangan, dan harus menjaga jarak.
Menariknya, tempat cuci tangan di desa ini terbuat dari bambo yang dikreasikan oleh masyarakat Lihunu sendiri.
Tiga tiang bambu yang dikreasikan menjadi tempat penampungan air cuci tangan, terlihat sangat unik dan kreatif itu terdapat di depan rumah setiap masyarakat Jaga III.
“Desa kami memang sepakat untuk sama-sama mengurangi sampah plastik, jadi kami memanfaatkan bahan dari alam seperti bambu untuk dibuat tempat cuci tangan,” ungkap Kepala Jaga III Helly Stifly.
Selain itu, terdapat satu bukit yang hijau bernama Savana yang ada di atas gunung Ambang. Meski harus menempuh perjalanan mendaki yang memakan waktu lebih dari 30 menit, tapi tak usah ragu. Proses tak akan menghianati hasil!
Pemandangan yang didapat akan membayar lelahnya perjalanan. Perairan Likupang dan jejeran pulau-pulau sungguh memanjakan mata.
Dengan optimisnya Desa Lihunu, membuktikan pariwisata di Sulut mulai bangkit di masa new normal ini.
Selain itu, pariwisata Sulut mulai bangkit kembali terlihat dari mulai beroperasinya hotel-hotel yang ada di Sulut dengan menerapkan protokol kesehatan.