ZONAUTARA.com – Produksi sampah medis di 18 Puskesmas yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) selama tahun 2020 mengalami kenaikan 10 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Jika pada tahun 2019 produksi sampah medis di seluruh Puskesmas di Bolmong sebanyak 422 kilogram, maka pada tahun 2020, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Bolmong, sampah medis di 18 Puskesemas tercatat sebanyak 488 kilogram.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bolmong, Erman Paputungan, kenaikan jumlah produksi sampah medis juga dipengaruhi pandemi Covid-19. Tapi, menurut Erman, produksi sampah medis di Puskesmas tidak meningkat signifikan karena hanya ketambahan beberapa perlengkapan saja yang berpotensi menjadi sampah.
“Sejak pendemi Covid-19, petugas di Puskesmas khususnya yang berinteraksi langsung dengan masyarakat diharuskan menggunakan alat pelindung diri (APD), seperti pakaian hazmat, masker, sarung tangan dan pelindung wajah. Sementara, sebelum adanya corona, itu tidak diwajibkan. Dan otomatis, menambah jumlah produksi sampah medis,” kata Erman, saat ditemui di kantornya, Selasa 23 Maret 2021.
Saat ini, limbah medis tersebut masih disimpan di masing-masing Puskesmas. Tapi yang disimpan itu hanya yang berupa benda tajam seperti jarum suntik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, dan lain-lain yang bisa dimusnahkan hanya pada suhu tertentu dengan menggunakan incinerator. Sementara, untuk sampah berupa hazmat, masker, maupun sarung tangan itu langsung dibakar usai digunakan.
“Sampah yang disimpan itu disemprot disinfektan secara berkala. Memang ada puskesmas yang sudah over kapasitas penyimpanan sampah medis, tapi ada juga yang masih memiliki ruang. Tahun ini kita sudah bekerja sama dengan pihak ketiga untuk mengangkut sampah-sampah medis yang ada di Puskesmas,” jelasnya.
Jumlah produksi sampah medis di masing-masing puskesmas bervariasi (lihat grafis). Hal itu disebabkan beberapa hal. Seperti cakupan wilayah kerja masing-masing puskesmas yang otomatis mempengaruhi jumlah pasien. Semakin banyak pasien yang ditangani, maka semakin berpotensi menghasilkan sampah medis. Kemudian, status puskesmas rawat inap juga mempengaruhi jumlah produksi sampah medis.
“Termasuk jumlah tenaga yang ada di puskesmas juga mempengaruhi jumlah produksi sampah medis,” ujar Erman Paputungan.
Diketahui, dari 18 Puskesmas di Bolmong, 6 diantaranya berstatus rawat inap. Yakni Puskesmas Maelang, Lolak, Poigar, Inobonto, Mopuya, dan Imandi.