ZONAUTARA.com – Pemerintah melakukan cek acak virus corona terhadap pemudik di jalur-jalur mudik. Dari tes acak tersebut ditemukan 4.123 yang tekonfirmasi positif Covid-19 dari 6.742 orang yang dilakukan cek acak.
“Pengetatan oleh Polri di 381 lokasi dan Operasi Ketupat. Jumlah pemudik random testing dari 6.742, konfirmasi positif 4.123 orang,” kata Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) Airlangga Hartarto dalam jumpa pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, disiarkan kanal Youtube Sekretariat Presiden, Senin (10/5).
Airlangga menyampaikan sebanyak 1.686 orang di antaranya langsung menjalani isolasi mandiri. Selain itu, ada 75 orang yang dirawat di rumah sakit.
Menanggapi temuan itu Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Bayu Satria Wiratama, memberi penjelasan.
Menurut Bayu, temuan prosentase 60 persen dari cek acak tersebut tidak bisa menjadi rujukan.
“Belum tentu (angka sebenarnya), karena untuk menggambarkan kondisi sebenarnya kita perlu kaidah yang benar dalam mengambil sampel secara acak,” ujar Bayu melalui keterangan tertulis yang dikirim humas UGM kepada wartawan, Selasa (11/5/2021).
“Untuk mencapai gambaran sebenarnya perlu sistematika pengambilan sampel acak yang sesuai kaidah,” lanjut dia.
Bayu menilai data itu juga belum bisa menunjukkan gambaran angka sebenarnya sebab tes tersebut dilakukan secara acak dan tidak disebutkan alat tes deteksi COVID-19 yang digunakan.
Jika tes secara acak menggunakan tes rapid antigen, swab PCR atau Genose maka angka terkonfirmasi positif sebesar itu menunjukkan hal yang cukup mengkhawatirkan.
Meski demikian, Bayu menyatakan sepakat bahwa kebijakan pelarangan mudik dalam rangka mengantisipasi adanya gelombang kedua pandemi dan kekhawatiran naiknya kasus COVID-19 seperti yang terjadi di India. Ditambah lagi, meski sudah ada larangan mudik ternyata tetap ada saja warga yang memilih mudik jauh-jauh hari bahkan menerobos pos-pos penyekatan mudik.
Dia menyarankan kepada warga yang terlanjur mudik harus dites dengan lebih ketat. Pemudik seharusnya dites COVID-19 sebanyak dua kali di saat kedatangan dan dikarantina terlebih dahulu.
Selanjutnya, harus ada penguatan sistem surveilans dan monitoring kasus di masing-masing wilayah terutama sampai tingkat RT/RW. Apabila sudah dilakukan deteksi dini dan diisolasi dengan cepat, maka kasus yang muncul bisa ditekan penyebarannya.
“Intinya jika memungkinkan semua pemudik yang kembali pulang dikarantina dulu lima hari dan dites dua kali,” paparnya.
Sosialisasi protokol kesehatan yakni penggunaan masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan hingga rajin mencuci tangan, tetap menjadi kunci utama penanggulangan penyebaran CIVUD-19 yang terletak di masing-masing individu.
Oleh karena itu, Bayu menilai edukasi tetap menjadi bagian yang penting dalam pencegahan COVID-19 dan sebaiknya perlu dibuat seragam dari pusat sampai.