ZONAUTARA.com – Berbeda dengan umat Muslim di seluruh dunia yang merayakan Idulfiri 1442 Hijriah dan menggelar Salat Id pada Kamis (13/5/2021), penganut Islam Aboge (Alif Rebo Wage) baru merayakannya pada hari ini, Jumat (14/5).
Hal itu terpantau di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah yang melaksanakan Salat Id di masjid yang menjadi pusat penyebaran penganut Islam Aboge.
Penganut Islam Aboge sendiri selama ini kerap berbeda waktu dalam menetapkan awal puasa dan Idul Fitri, mereka memiliki perhitungan sendiri untuk menentukan tanggal 1 Syawal maupun peringatan Hari Besar Islam lainnya.
Penganut Islam Aboge meyakini bahwa dalam kurun waktu delapan tahun atau satu windu terdiri atas tahun Alif, Ha, Jim Awal, Za/Je, Dal, Ba/Be, Wawu, dan Jim Akhir serta dalam satu tahun terdiri 12 bulan dan satu bulan terdiri atas 29-30 hari dengan hari pasaran berdasarkan perhitungan Jawa, yakni Pon, Wage, Kliwon, Manis (Legi) dan Pahing.
Dalam hal ini, hari dan pasaran pertama pada tahun Alif jatuh pada Rabu Wage (Aboge), tahun Ha pada Ahad/Minggu Pon (Hakadpon), tahun Jim Awal pada Jumat Pon (Jimatpon), tahun Za/Je pada Selasa Pahing (Zasahing), tahun Dal pada Sabtu Legi (Daltugi), tahun Ba/Be pada Kamis Legi (Bemisgi), tahun Wawu pada Senin Kliwon (Waninwon), dan tahun Jim Akhir pada Jumat Wage (Jimatge).
Penganut Islam Aboge meyakini tahun 1442 Hijriah merupakan tahun Jim Akhir, sehingga tanggal 1 Muharam jatuh pada Jumat Wage yang selanjutnya patokan atau hari pertama dan pasaran pertama pada tahun tersebut.
Dalam menentukan tanggal perayaan hari-hari besar agama Islam, penganut Aboge memiliki rumusan tersendiri yang mengacu pada hitungan sesuai tahun berjalan, misalnya Donemro/Sanemro (Ramadhan/Puasa jatuh pada hari keenam pasaran kedua) untuk menentukan tanggal 1 Ramadhan serta Waljiro (Syawal jatuh pada hari pertama pasaran kedua) untuk menentukan tanggal 1 Syawal.
Berdasarkan rumusan tersebut, tanggal 1 Ramadhan 1442 Hijriah jatuh pada Rabu Kliwon karena merupakan hari keenam dan pasaran kedua setelah Jumat Wage, sehingga 1 Syawal jatuh pada Jumat Kliwon atau tanggal 14 Mei 2021.Â
Warga setempat berduyun-duyun mendatangi Masjid Jami Baitussalam (Masjid Saka Tunggal) guna melaksanakan Shalat Id. Tak hanya itu, sebagian jemaah juga menjinjing rantang maupun tenong berisi makanan yang akan disantap bersama-sama saat kenduri di masjid usai melaksanakan Salat Id yang dipimpin imam Kiai Sulam.
Khutbah saat Salat Id tersebut disampaikan dalam Bahasa Arab. Dalam ceramahnya, Khatib Salat Id, Sudar mengajak jemaah kembali ke fitrahnya setelah melaksanakan ibadah puasa Ramadhan yang merupakan bentuk pensucian dan pengendalian diri.
Usai Salat Id, sebagian jamaah bersalam-salaman di dalam masjid saling memaafkan sembari mengumandangkan salawat berlanggam Jawa yang dilanjutkan dengan kenduri.
Imam Salat Id yang juga sesepuh Masjid Baitussalam, Kiai Sulam mengakui jumlah jemaah yang hadir dalam dua tahun terakhir tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya. Hal itu karena banyak warga yang tidak pulang kampung seiring dengan larangan mudik.
“Mungkin ada beberapa yang merupakan pemudik, tapi sebagian besar warga lokal sini. Tahun kemarin mayoritas juga warga lokal yang Shalat Id di sini,” katanya.
Terkait dengan hal itu, dia mengharapkan pandemi Covid-19 segera berakhir, sehingga kehidupan kembali nyaman dan perekonomian kembali pulih.
“Mudah-mudahan di tahun Jim Akhir ini, pandemi segera berakhir,” katanya.
Pelaksanaan Salat Id di Masjid Baitussalam sendiri dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan sebagai upaya mencegah terjadinya penularan Covid-19.