ZONAUTARA.com – Menjadi salah satu tujuan wisata, Pantai Losari yang terletak di Kecamatan Lolak, Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong), berhasil menarik pengunjung, terutama pada hari-hari libur.
Garis pantainya yang panjang tidak terhalang perbukitan, sangat cocok untuk dijadikan tempat menikmati sunset. Tak hanya itu, di sekitar pantai banyak pohon dan pondok yang disediakan untuk berteduh.
Untuk mengganjal perut, pengunjung juga dimudahkan dengan adanya warung-warung yang menjual makanan dan minuman. Serta yang tak kalah penting adalah, area pantai bersih terawat, sehingga pengunjung yang suka bermain pasir bisa melakukannya tanpa terganggu sampah.
Tak heran, berdasarkan pantauan Zonautara.com pada Minggu, (24/05/2021) jumlah pengunjung Pantai Losari bisa mencapai ribuan orang.
Pantai Losari dirintis menjadi lokasi wisata sejak tahun 2011, dan baru mulai dikunjungi wisatawan setelah lima tahun kemudian.
Warga sekitar Pantai Losari secara mandiri bekerjasama mengelolanya. Walau diawal pembangunan menjadi objek wisata, Pantai Losari diragukan oleh banyak pihak.
“Kami sempat membuat proposal, memasukkannya ke desa. Kami juga mengusulkan dalam Musrembang, tapi tidak ditindaklanjuti, termasuk oleh desa. Yang kami dapatkan malah pertanyaan balik, siapa yang mau berkunjung di pantai ini,” kata Oli Hala’a, (32), warga Desa Lolak yang turut mengelolah wisata Pantai Losari, Minggu, (23/05/2021).
Meski demikian, Oli menceritakan bahwa warga sekitar Pantai Losari tidak patah arang. Mereka tetap yakin bahwa Pantai Losari cukup banyak keunggulan di banding pantai-pantai lain, sehingga layak untuk dijadikan destinasi wisata. Beruntung, oleh Irwan Paputungan, warga dihimpun dan tetap diberi penguatan.
“Kami diberi modal untuk membangun dan memperbaiki lokasi wisata Pantai Losari ini. Pak Irwan-lah yang menjadi Ketua Pengurus Pantai Losari sehingga bisa menjadi seperti ini,” ucap Oli.
Senada, warga sekitar lokasi Pantai Losari lainnya, Buel Tunggil (51) mengatakan, berkat kerjasama, keyakinan, dan persatuan warga sekitar destinasi, saat ini destinasi Pantai Losari sudah bisa berdampak secara ekonomis.
“Akhirnya, dengan jalan yang panjang dan perjuangan warga secara mandiri, pantai ini menjadi “booming” dan memiliki pengunjungnya sendiri, bahkan mengalahkan destinasi-destinasi wisata lainnya,” kata Buel.
Untuk menjaga keindahannya, panitia pengurus yang terdiri dari warga sekitar selalu menjaga dan merawatnya secara bersama-sama, terutama dari segi kebersihan.
“Setiap hari kami menyapu sampah dan membersihkan pantai. Kami menyadari semua juga akan berdampak pada warga sekitar. Dengan ada pengunjung, kami bisa berjualan, bisa menyewakan pondok, ibu-ibu bisa bekerja di warung. Tentu kalau tempat ini rusak dan tidak terawat lagi, pengunjung tidak akan datang. Kami kehilangan sumber pendapatan dari sektor ini,” jelas Buel.
Dalam pengelolaannya, hasil kunjungan akan dibagi menjadi dua bagian, sebagian digunakan untuk membangun fasilitas terutama sanitasi. Sebagian yang lainnya, dibagi lagi ke sesama warga pengurus secara transparan.
Hingga kini, Buel mengaku wisata Pantai Losari belum menerima bantuan dari pemerintah untuk pengembangannya. Meski demikian, jumlah pengunjung yang cukup banyak, terutama pada hari-hari besar keagamaan, seperti Natal dan Idulfitri, bisa menjadikan warga sekitar tidak bergantung dan menunggu pemerintah dalam pengembangan Pantai Losari, tetapi bisa melakukannya secara mandiri.