ZONAUTAR.com – Sepanjang sejarah Dana Desa yang bergulir sejak 2015 hingga 2020, kinerjanya dapat dievaluasi secara realtime melalui Indeks Desa Membangun (IDM).
Di Sulut terdapat 12 Kabupaten dengan 1.507 desa penerima Dana Desa yang mesti dikontrol oleh semua pihak. Dari 12 Kabupaten tersebut, posisi Kabupaten Kepulauan Sangihe sejak awal berada di posisi paling bawah. Kinerjanya selalu di peringkat 12.
Lalu bagaimana kinerja Dana Desa di Kabupaten yang dimotori Jabes Gaghana dan Helmud Hontong itu setelah 5 tahun membangun dan menapaki tahun pertama di siklus kedua ini?
Kabupaten Kepulauan di perbatasan yang serba terbatas itu, mengalami pertumbuhan yang sangat lambat. Sangihe 2015, IDM-nya 0.5655 dengan status: Tertinggal. Tahun 2020 menjadi 0.6321 dengan status Berkembang. Dan tahun 2021 menurut hail penghitungan IDM yang baru tuntas akhir Mei lalu, Sangihe bergerak ke angka 0.6437, atau mengalami pertumbuhan sebesar 1,80%.
Dari 145 Desa, Sangihe masih mengantongi 2 desa Sangat Tertinggal pada tahun 2020 dan 2021, yaitu Desa Beeng dan Desa Beeng Laut. Sedangkan Desa Tertinggal pada tahun 2020 sebanyak 32 Desa, telah berhasil dikurangi menjadi 27 Desa. 5 Desa Tertinggal pada tahun 2020 telah berubah statusnya menjadi Desa Berkembang pada tahun 2021.
Demikian juga Desa Berkembang pada tahun 2020 berjumlah 85 desa menjadi 80 Desa pada tahun 2021. Sebanyak 5 Desa Berkembang berubah statusnya menjadi Desa Maju pada tahun 2021. Sehingga desa maju pada tahun 2020 sebanyak 19 berubah menjadi 27 pada tahun 2021.
Sejak 2015 sampai 2020 Sangihe belum menghasilkan desa mandiri. Tetapi pada tahun 2021, Sangihe mulai menghasilkan 1 Desa Mandiri, yaitu: Desa Hesang Kecamatan Tamako. Desa Hesang ini pada Agustus 2020 lalu ditetapkan sebagai Desa Binaan dari Kejati Sangihe. Padahal sesungguhnya, Desa ini tanpa binaan dari Kejati memang sudah berkembang sangat progresif. Yang perlu dibina justru adalah Desa Beeng dan Beeng Laut yang notabene Sangat Tertinggal.
Dari 32 Desa Tertinggal tahun 2020, terdapat 5 Desa Tertinggal tahun 2020 yang mengalami progres signifikan pada tahun 2021 berubah status menjadi Desa Berkembang. Terdapat 6 Desa Tertinggal yang mengalami Regres (kemunduran) dan 8 Desa Tertinggal mengalami stagnasi (tidak bergerak indeksnya), sedangkan 13 Desa Tertinggal mengalami Progres (berkembang positif) dari 2020 ke 2021 tetapi tidak berubah statusnya. Sementara 2 Desa, meski statusnya Sangat Tertinggal namun mengalami Progres (pertumbuhan positif).
Pada kategori Desa Berkembang, dari 85 Desa Berkembang pada tahun 2020, terdapat 76 Desa yang tetap berstatus Berkembang pada tahun 2021. Kabar baiknya, terdapat 9 Desa Berkembang pada tahun 2020 yang berubah menjadi Desa Maju pada tahun 2021, dan 37 Desa Berkembang tahun 2020 mengalami Progres Pertumbuhan rata-rata 4.99%. Kabar buruknya, terdapat 12 Desa Berkembang pada 2020 mengalami regres (pertumbuhan negatif) rata-rata -3,04% pada tahun 2021, dan 36 Desa Berkembang pada tahun 2020 mengalami stagnasi (tanpa atau 0% pertumbuhan) pada tahun 2021.
Pada kategori Maju, tahun 2020 Sangihe mengoleksi 19 Desa Maju. 13 Desa atau 68% Desa Maju tersebut mengalami pertumbuhan rata-rata 3.10% dan terdapat 1 Desa Maju tahun 2020 yang berhasil mencapai Status Mandiri pada tahun 2021. Sedangkan 5 Desa mengalami stagnasi atau pertumbuhan 0%.
Pada level Kecamatan, dari 12 Kecamatan pada tahun 2020 terdapat 5 Kecamatan Tertinggal, dan pada tahun 2021 hanya 1 Kecamatan Tertinggal yang berubah status menjadi Kecamatan Berkembang, yaitu Kecamatan Manganitu Selatan. Sehingga pada tahun 2021 kecamatan dengan Status Berkembang menjadi 8 Kecamatan dan Kecamatan Tertinggal berkurang menjadi 4 Kecamatan. Kecamatan Kendahe merupakan satu-satunya Kecamatan yang mengalami progres mundur dengan pertumbuhan -0.62%.
Lalu bagaimana mengoptimalkan setiap desa agar dapat mencapai Status Mandiri pada tahun 2024. Solusinya adalah melakukan optimalisasi dari 37 indikator IDM Desa dengan target 8.09%/desa/tahun pada 2022 sampai 2024, sembari membenahi inovasi desa. Semoga dilaksanakan oleh Pemkab Sangihe.