ZONAUTARA.COM – Vaksinasi memang tidak dapat membuat seseorang terbebas dari ancaman paparan Covid-19, namun hal ini dapat menurunkan kemungkinan risiko berat dan mencegah kematian.
Hal tersebut disampaikan oleh Ahli Virologi dan Molekuler Biologi Universitas Udayana Prof. I Gusti Ngurah Mahardika dalam keterangan tertulis, Jumat (23/7).
Baginya, vaksinasi jika dilakukan banyak orang dapat mengurangi beban yang ditanggung rumah sakit, karena meringankan gejala yang infeksi yang dirasakan pasien.
Sehingga Prof. Mahardika menyimpulkan bahwa vaksin sangat penting dilakukan agar dapat mengurangi resiko berat.
Soal tingginya angka kematian harian, menurut Prof. Mahardika, efek vaksinasi memang baru terlihat terhadap laju penyebaran COVID-19 jika yang divaksin paling tidak 50%. Dia mencontohkan, di negara yang capaian vaksinasi COVID-19 di atas 50 persen, seperti Amerika Serikat dan Inggris, angka kematian rendah walau lonjakan kasus positif kembali tinggi.
Menurut Prof. Mahardika, saat ini berdasarkan data Kementerian Kesehatan jumlah yang menerima vaksinasi dosis pertama sudah sebanyak 43,1 juta. Sementara untuk dosis kedua baru mencapai 16,8 juta atau telah vaksinasi lengkap.
Jadi sudah hampir 60 juta dosis yang sudah disuntikkan. Namun jika dilihat persentase dari jumlah penduduk Indonesia yang amat banyak, angka tersebut baru 8 persen dari target vaksinasi Covid-19 masyarakat yang sudah lengkap vaksinasi dan 20,7 persen yang sudah divaksin dosis pertama.
“Jadi masih jauh dari herd immunity atau kekebalan kelompok,” ujar Prof. Mahardika.
Seperti diketahui, berdasarkan pemantauan yang dilakukan kepada penduduk DKI Jakarta pada kurun waktu 12 Januari sampai 8 Juli 2021, dari 3,21 juta yang telah menerima dosis pertama ada 15.088 tetap terinfeksi COVID-19 atau 0,47%.
Yang tidak bergejala sebanyak 8.051 orang dan yang memiliki gejala 6.658 orang. Adapun pasien yang meninggal dunia sebanyak 50 orang atau 0,0016 persen. Adapun dari yang telah menerima vaksin dosis kedua sebanyak 1,94 juta dosis, yang tetap terinfeksi sebanyak 1.896 atau sekitar 0,1 persen.
Berdasarkan pada jumlah tersebut, 837 tidak mengalami gejala dan 1.055 sisanya bergejala, hanya 4 orang 0,0002% dari total keseluruhan yang meninggal dunia.