ZONAUTARA.com – Perselingkuhan telah menjadi topik yang banyak dibicarakan. Apakah anda pernah melakukannya? Perilaku egois inheren ini dianalisis oleh para peneliti untuk membantu kita memahami mengapa orang selingkuh dalam sebuah hubungan.
Pada tahun 1970-an, kita disuguhkan dengan lima model kepribadian atau “Big Five”. Lima kepribadian ini diciptakan oleh tim yang dipimpin oleh Paul Costa dan Robert McCrae di National Institutes of Health, dan tim kedua dipimpin oleh Warren Norman dari University of Michigan dan Lewis Goldberg dari University of Oregon.
Lima kepribadian itu di antaranya:
- Keterbukaan terhadap pengalaman (kesediaan untuk mencoba aktivitas baru)
- Conscientiousness (kesadaran akan tindakan dan konsekuensi dari perilaku)
- Ekstroversi (perilaku terbuka, percaya diri secara sosial)
- Agreeableness (perilaku kooperatif, ramah dan menyenangkan)
- Neurotisisme (kecemasan, terlalu banyak berpikir, perilaku mengkhawatirkan)
Ada pengaruh kepribadian dengan kemungkinan kita untuk selingkuh. Pada tahun 2005, peneliti Tricia Orzeck dan Esther Lung melakukan penelitian di mana peserta secara sukarela menjawab kuesioner tentang ciri-ciri kepribadian tentang diri mereka sendiri dan pasangan monogami mereka.
Penelitian serupa lebih lanjut dilakukan pada tahun 2018. Penelitian tersebut melihat ciri-ciri kepribadian dan dinamika hubungan pasangan yang baru menikah. Hasil penelitian ini menunjukkan kepribadian pasangan yang paling mungkin mengalami perselingkuhan dalam pernikahan:
- Istri yang memiliki sifat ekstroversi tinggi (versus rendah) lebih cenderung tidak setia.
- Istri yang berpasangan dengan suami yang memiliki sifat neurotisisme dan/atau ekstroversi tinggi (versus rendah) cenderung tidak setia.
- Suami yang berpasangan dengan istri yang memiliki sifat neurotisisme dan/atau ekstroversi tinggi (versus rendah) cenderung tidak setia.
- Suami yang berpasangan dengan istri yang memiliki sifat narsisme tinggi (versus rendah) cenderung tidak setia.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ciri kepribadian seseorang tidak cukup untuk menentukan kemungkinan perselingkuhan mereka. Sebaliknya, perselingkuhan membutuhkan pandangan mendalam pada kedua sifat kepribadian pada setiap orang dalam hubungan serta dinamika di antara mereka.
Apakah teknologi berperan dalam perselingkuhan?
Wajar apabila seseorang memiliki fantasi bersama orang lain selain pasangannya, dan tidak semua orang yang memiliki fantasi ini kemudian berselingkuh. Faktanya, menurut sebuah penelitian tahun 2001, 98% pria dan 80% wanita mengaku pernah berfantasi tentang seseorang selain pasangan mereka setidaknya sekali.
Banyak orang berspekulasi bahwa lonjakan teknologi mungkin menjadi salah satu alasan terbesar terjadinya perselingkuhan. Namun, menurut penelitian yang dilakukan oleh Dr. Justin Lehmiller pada tahun 2015, prevalensi selingkuh tidak lebih tinggi saat ini dibandingkan 20 tahun yang lalu sebelum pengenalan situs web dan aplikasi kencan.