ZONAUTARA.com – Amsterdam merupakan kota yang penuh sesak dan potensi kemacetan sangat tinggi. Tak membiarkannya berjalan seperti itu, Amsterdam Institute for Advanced Metropolitan Solutions (AMS) kota telah bekerja sama dengan MIT’s Senseable City Lab dalam proyek 5 tahun untuk mengembangkan kapal Roboat yang saling terkait dan cerdas, yang dapat mengalihkan sebagian aktivitas tersebut dari darat ke laut.
Roboat ini terus berkembang hingga dapat berubah bentuk saat mereka menavigasi kanal kota yang berliku. Kapal tersebut juga dapat merakit sendiri menjadi struktur terapung.
Infrastruktur perkotaan dinamis untuk masa depan
Sementara proyek Roboat saat ini berfokus pada kemacetan Amsterdam, seiring naiknya air pantai di seluruh dunia, kota-kota lain akan membutuhkan peningkatan fleksibilitas semacam ini dalam memenuhi kebutuhan penduduk mereka.
Jalan akan terendam, saluran air akan tumbuh, semuanya akan bergeser, dan pengembangan sistem infrastruktur yang dinamis akan menjadi urgensi baru karena kondisi berkembang terlalu cepat untuk ditangani secara memadai oleh proyek konstruksi tradisional jangka panjang yang tetap.
Misi besar pertama untuk Roboats adalah “roundAround,” sebuah jembatan bergerak yang dibangun dari perahu-perahu otonom yang terhubung mengelilingi kanal dan mengangkut orang-orang antara NEMO Science Museum di pusat kota Amsterdam dan distrik Marineterrein yang berkembang pesat.
Saat ini, dibutuhkan sekitar 10 menit berjalan kaki satu kilometer di sekitar jalur air untuk melakukan perjalanan antara dua lokasi, tetapi jembatan akan mempersingkat waktu itu menjadi kurang dari 2 menit.
Bagaimana roboat bekerja
Proyek Roboat melibatkan kumpulan struktur Roboat yang saling berhubungan, yang masing-masing merupakan Connected-Vessel Platform (CVP) atau platform kapal yang dapat terhubung satu sama lainnya. Beberapa CVP dapat dirakit untuk membuat struktur yang lebih besar.
Kedua jenis Roboat dilengkapi dengan empat baling-baling, mikrokontroler berkemampuan nirkabel, mekanisme pengunci otomatis, dan sistem penginderaan yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan kapal lain.
Koordinator menggunakan GPS untuk navigasi, serta Inertial Measurement Unit (IMU) yang dapat digunakan untuk merencanakan lintasan, orientasi, dan kecepatan CVP.
Hanya dalam waktu lebih dari 100 milidetik, seorang koordinator mengidentifikasi daerah bebas tabrakan untuk menentukan rute terpendek yang aman.