ZONAUTARA.com — Yaki (monyet khas Sulawesi), saat ini sangat membutuhkan perhatian karena sudah terancam punah dan dilindungi. Itulah sebabnya Program Selamatkan Yaki konsisten melakukan sosialisasi ke SMA/SMK sederajat dalam program Yaki Pride Campaign, yang salah satunya adalah menemukan siswa untuk mewakili sekolah dan kemudian dibekali dalam perkemahan konservasi selama 3 hari bertajuk Yaki Youth Camp (YYC), yang digelar 15-17 Desember 2021, di Watu Pinawetengan.
“YYC ini benar-benar kegiatan yang positif dan bagus sekali. Sangat membanggakan bagaimana mengajak anak-anak sekolah menjadi agen pembawa perubahan melalui sekolah dan lingkungan di mana mereka tinggal,” ujar Ziva Justinek, Program Manager Program Selamatkan Yaki.
“Duta Yaki akan berperan dalam membantu perubahan cara pandang masyarakat tentang keberadaan yaki yang sangat penting dalam keseimbangan ekosistem alam karena berperan menjaga hutan agar tetap baik,” kata Ziva.
Purnama Nainggolan, Koordinator Edukasi juga mengatakan bahwa peserta mendapat beragam materi mulai dari hal konservasi sampai ke soal pengembangan karakter.
Kegiatan tersebut menghadirkan beberapa pembicara pegiat konservasi, yakni, Risma dari Macaca Nigra Project, Billy Lolowang dari Pusat Penyelamatan Satwa Tasik Koki (PPS Tasikoki), para pegiat sosial media, diantaranya Piet Pusung dengan tema Menjadi Influencer Sosmed dalam Konservasi, Galardo Bryan yang membagi ilmu bagaimana memaksimalkan handphone dalam konservasi, serta Maria Silangen dengan materi bagaimana memiliki skill public speaking yang baik’.
Irjen Pol. ( Purn) Dr. Benny Mamoto, S.H., M.Si, sebagai salah satu Yaki Ambasador Indonesia yang sempat bertemu dengan siswa di YYC 2021, mengaku sangat senang bisa melihat kegiatan ini terus berlangsung.
Dia bersyukur dan sangat bangga karena bisa mengusung pesan konservasi di mana pun, meski dengan kesibukan pekerjaan di institusi Polri. Mamoto terus bergerak menyampaikan pesan cinta lingkungan dan sayangi satwa dan hewan.
Perasaan serupa dikatakan Duta Yaki Indonesia lainnya yakni Dra. Khouni Lomban Rawung M.Si, yang dengan semangat sharing, betapa berharganya menjadi seorang duta.
“Jangan malu, ayo semangat. Kita ini berarti dan harus berdampak,” kata Khouni, yang disambut meriah oleh 27 duta yaki dari SMA/SMK di Minahasa yang hadir.
Rangga, mewakili SMA N 1 Pineleng, mengaku Yaki Youth Camp ini menjadi pengalaman yang luar biasa baginya dan tidak akan terlupakan. Banyak hal baru, banyak teman dan juga beragam merchandise yang bias dibawa pulang.
Sementara, Fransiska Wenas dari SLA Tompaso bercerita bahwa dari sini, dia belajar lebih banyak soal konservasi, pengetahuan terkait satwa liar yang menarik, serta mendapat pengalaman dan banyak hal lainnya yang rugi jika dilewatkan.
Di pihak institusi pendidikan, melalui Kacabdin Minahasa-Tomohon Fredi Kumeang S.Pd, menyebutkan bahwa kegiatan ini sangat penting karena bergerak nyata meski banyak hambatan masa pandemi. Pihaknya mengapresiasi kegiatan program selamatkan yaki di dunia pendidikan.
“Jika itu berlangsung di wilayah kami maka silakan, kami akan dengan senang hati mendukungnya,” kata Kumeang, menutup Yaki Youth Camp di Pa’ Dior Tompaso Minahasa baru-baru ini. **