Kondisi ekonomi Orang Asli Papua di balik daya tarik Mimika

Sudah sejak lama Timika menjadi tempat berkumpul, tidak hanya masyarakat dari dalam Papua, tetapi juga dari berbagai suku bangsa di Indonesia.
papua
Karya seni orang Papua yang dijual di toko-toko cinderamata yang ada di Timika. (Foto: Ronny A. Buol)

Kondisi ekonomi Orang Asli Papua di balik daya tarik Mimika

Sudah sejak lama Timika menjadi tempat berkumpul, tidak hanya masyarakat dari dalam Papua, tetapi juga dari berbagai suku bangsa di Indonesia.

Sorotan cahaya lampu memantul di terpal warna oranye, membuat pasar Sentral Timika terlihat lebih berwarna. Sebagai pasar utama di Kabupaten Mimika, aktifitas di pasar ini berlangsung 24 jam. Banyak pedagang melengkapi lapak dengan lampu membuat beberapa titik pasar terang benderang. Di lorong-lorong bagian dalam cahaya lampu perlahan meredup, lalu hilang di antara mama-mama Orang Asli Papua (OAP) yang kukuh berjualan mengandalkan pencahayaan dari langit.

Jika sedang beruntung, mama-mama Papua akan mendapatkan pantulan cahaya dari terpal lapak tetangga, sekaligus dari sinar bulan. Setidaknya, itu yang diceritakan Mama Rita Tiaro, (56), pedagang OAP dari suku Kamoro, asal Desa Pigapu, Distrik Iwaka.

Sambil melipat tangan di dada, Mama Rita bercerita bahwa ia telah berjualan di pasar Sentral Timika sejak anaknya baru dua. Sekarang Mama Rita sudah punya delapan anak dan tiga cucu. Sebagai penopang ekonomi keluarga, Mama Rita berkeyakinan, hanya di Timika-lah peluang hasil kebunnya dibeli akan jauh lebih besar.

“Timika kota to (ibu kota) jadi lebih ramai. Banyak orang pendatang datang belanja. Kalau di sana (Pigapu, Iwaka) orang-orang tidak beli salak, daun pisang, pakis, karena semua sudah ada, kita tinggal ambil-ambil atau minta saja,” kata Mama Rita, saat ditemui di Pasar Sentral Timika, awal Desember 2021.

Sudah sejak lama Timika menjadi tempat berkumpul, tidak hanya dari dalam Papua, tetapi juga dari berbagai suku bangsa di Indonesia. Terutama setelah kehadiran PT Freeport Indonesia.

“Bukan hanya Kamoro dan Amungme, banyak juga mama-mama (suku) Dani dari gunung (Wamena) yang turun, mama-mama Paniai, ada datang kumpul semua jualan di Timika. Biasa mereka datang siang hari,” jelas Mama Rita.

Percakapan dengan Mama Rita menjadi awal bagi Zonautara.com melakukan liputan khusus melihat kondisi ekonomi di Timika dan sekitarnya, khususnya sektor ekonomi mikro orang asli Papua ditengah gempuran kedatangan orang luar Papua.

Liputan ini dibiayai dari Program Fellowship Peliputan Sektor Keamanan dan Hak Asasi Manusia, yang digelar Aliansi Jurnalis Independen berkerjasama dengan Internews.

Sajian laporan panjang dari Mimika ini dibagi menjadi 5 bagian:



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article