ZONAUTARA.com – Jelang bulan Ramadan, umat muslim di hampir semua wilayah Bolaang Mongondow Raya (BMR), melakukan tradisi turun termurun yang terus terjaga hingga saat ini.
Tradisi tersebut adalah do’a nisfu Sya’ban atau doa di pertengahan bulan Sya’ban. Beberapa orang juga menyebutnya sebagai mintahang atau do’a arwah.
Biasanya, secara bersama doa Sya’ban akan dilakukan warga kampung di masjid-masjid sesudah sholat Isya.
Saat akan digelar mintahang tersebut, warga Muslim akan berbondong-bondong secara sukarela mengantarkan beraneka macam jenis kue dan minuman yang disantap seusai doa dilaksanakan.
Tak hanya di masjid, yang tidak kalah menarik do’a arwah juga akan digelar warga di rumah masing-masing, secara bergiliran.
Setiap rumah akan menerima jadwal baca do’a sesuai dengan waktu dan kesempatan imam masjid setempat.
“Ini sudah berlangsung sangat lama, turun temurun sejak saya masih anak-anak. Tujuannya adalah mendoakan orang-orang/keluarga yang telah meninggal yang mendahului kita agar mendapat keselamatan, kemudahan jalan atau keringanan siksa,” kata Masria, salah satu warga Kotamobagu, Jumat, (18/09/2021).
Menurutnya, saat melakukan do’a arwah, sanak keluarga akan berkumpul, silaturahmi dan saling membersihkan diri sebelum melaksanakan ibadah Ramadan.
“Kebiasaan ini membuat persatuan menjadi kuat, paling tidak dimulai dari keluarga terdekat, dan seterusnya. Setelah itu, akan ada ziara kubur, untuk mengenang keluarga yang telah berpulang, sekaligus pengingat bahwa setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati,” jelas Masria.
Sementara itu, melansir situs sulut.kemenag.go.id mantan Imam Besar Masjid Agung Baitul Makmur (MABM) Kota Kotamobagu, ustad Damopolii mengatakan setiap daerah punya kebiasaan unik saat akan menunaikan ibadah puasa di bulan suci Ramadan. Dan bagi warga BMR do’a Sya’ban adalah salah satu bulan mulia.
“Bulan ini adalah pintu menuju bulan Ramadan,” katanya.