Sebuah kelompok kemanusiaan besar hari Senin (9/1) memperingatkan bahwa berlanjutnya larangan Taliban terhadap pekerja bantuan perempuan di Afghanistan dapat menjerumuskan 6 juta orang ke kelaparan dan membuat 600 ribu anak-anak tidak mendapat pendidikan.
Sekjen Dewan Pengungsi Norwegia Jan Egeland mengeluarkan peringatan itu setelah pembicaraan dengan para pejabat Taliban di Kabul.
Ia mencuit bahwa berlanjutnya larangan terhadap pekerja perempuan di berbagai LSM juga dapat membuat 13,5 juta orang tidak mendapat pasokan air bersih dan 14,1 juta orang tanpa layanan perlindungan.
“Kami tidak memberikan bantuan untuk ratusan ribu orang yang kami Layani di sini di Afghanistan,” kata Egeland dalam video yang ia rekam hari Minggu di Kabul. “Dan sekarang hujan turun, salju turun, menyedihkan. Tidak memberi mereka bantuan sungguh menyakitkan bagi kami. Tetapi seandainya saja kami dapat mulai bekerja kembali dengan para perempuan sesuai dengan nilai-nilai tradisional Afghanistan, kami akan mulai bekerja lagi, dan saya berharap akan menemukan solusinya dalam waktu dekat.”
Bulan lalu, penguasa garis keras mendadak melarang staf perempuan Afghanistan bekerja bagi berbagai organisasi nonpemerintah nasional dan internasional, dengan mengatakan mereka tidak mengenai jilbab sesuai dengan perintah resmi. Para pejabat PBB mengatakan langkah itu praktis menghentikan banyak program kemanusiaan di negara yang jutaan rakyatnya membutuhkan bantuan mendesak.
Markus Potzel, utusan PBB untuk Afghanistan, mengadakan pertemuan berturut-turut dengan para menteri senior Taliban di ibu kota, Kabul, mendesak mereka agar mencabut larangan terhadap pendidikan perempuan dan bekerja bagi berbagai kelompok bantuan, dengan menyebut kondisi kemanusiaan yang mengerikan di negara itu. Potzel mengadakan pertemuan terakhirnya Minggu lalu dengan menteri Taliban untuk mempromosikan nilai-nilai kebajikan dan pencegahan kejahatan, yang bertugas menafsirkan dan menegakkan ajaran Islam versi Taliban.
“Larangan diskriminatif terbaru terhadap perempuan oleh Taliban mencegah bantuan penyelamat jiwa sampai pada rakyat Afghanistan dan akan menghantam ekonomi Afghanistan,” kata kantor Potzel kata Muhammad Khalif Hanafi.
Sebuah pernyataan dari kantor Hanafi mengutip ia mengatakan kepada utusan PBB, “Kami berupaya menetapkan kerangka kerja berbasis syariat untuk memastikan bahwa bantuan penyelamat jiwa itu mencapai orang-orang karena menyelamatkan jiwa manusia lebih penting daripada apapun juga.” [uh/ab]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia