Pihak berwenang Brazil bersumpah, Senin (9/1) untuk melindungi demokrasi dan mengutuk “aksi terorisme.” Seruan itu dikeluarkan sehari setelah ribuan pendukung mantan presiden Jair Bolsonaro menyerbu dan merusak gedung Kongres, Mahkamah Agung, dan kantor kepresidenan negara itu di ibu kota, Brasilia.
Presiden Luiz Inacio Lula da Silva meninjau gedung-gedung yang rusak berat pada hari Minggu malam (8/1) dan memberlakukan intervensi keamanan federal di distrik federal di kota itu. Dia bersumpah untuk menyeret para perusuh ke pengadilan dan berjanji untuk menghukum polisi yang gagal menghentikan para pengunjuk rasa.
Dekrit tersebut memberi pemerintah kekuatan khusus untuk memulihkan hukum dan ketertiban di ibu kota dan berlaku hingga 31 Januari.
Lula, para pemimpin kongres dan presiden Mahkamah Agung mengeluarkan pernyataan hari Senin (9/1) yang mengatakan bahwa “para pembela demokrasi” di Brazil “menolak aksi terorisme, vandalisme, kejahatan, dan upaya kudeta” dan “bersatu untuk mengambil tindakan institusional, sesuai dengan hukum Brazil.”
Para pejabat Brazil mengatakan bahwa mereka telah menahan lebih dari 1.200 pendukung Bolsonaro, mantan pemimpin sayap kanan yang kalah tipis dari Lula yang berhaluan kiri dalam pemilihan Oktober lalu. Para pendukung Bolsonaro berusaha untuk memulihkan kekuasaannya atau menggulingkan Lula yang baru dilantik.
Bolsonaro, yang kini tinggal di Orlando, negara bagian Florida, AS, membantah menghasut para pendukungnya dan mengatakan bahwa para perusuh telah “melewati batas.” [vm/jm]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia